Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin (BTC) melonjak lebih dari 7% dan menembus level USD 83.000 pada Kamis, 10 April 2025 menandai kenaikan intraday terkuat sejak Maret.
Lonjakan harga ini terjadi setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan pencabutan sementara tarif global selama 90 hari, kecuali untuk China.
Baca Juga
Kebijakan tarif baru Trump menggantikan rencana sebelumnya dengan tarif tetap sebesar 10% untuk seluruh mitra dagang AS selain China. Keputusan ini disambut positif oleh pelaku pasar global, termasuk pasar kripto.
Advertisement
Selain Bitcoin, altcoin seperti Ethereum (ETH), XRP, dan Dogecoin (DOGE) juga mencatatkan kenaikan dua digit. Namun, di tengah euforia pasar, dataderivatif menunjukkan bahwa para pedagang profesional tetap berhati-hati.
Indikator pasar derivatif seperti premi berjangka dua bulan BTC sempat melonjak di atas ambang batas netral 5%, namun gagal mempertahankan momentumnya. Selain itu, delta skew 25% untuk opsi BTC yang mencerminkan ekspektasi risiko pasar sempat menyentuh 12% sebelum turun kembali ke angka netral 3% usai pengumuman Trump.
"Meski ada dorongan harga yang signifikan secara teknikal, pasar derivatif menunjukkan bahwa pelaku pasar besar masih menahan diri untuk benar-benar masuk secara agresif,” ujar Analis Tokocrypto Fyqieh Fachrur, seperti dikutip dari keterangan resmi, Jumat (11/4/2025).
"Ini tercermin dari premi kontrak berjangka yang belum stabil dan suku bunga pendanaan yang masih berada di kisaran netral," ia menambahkan.
Fyqieh menambahkan, ketidakpastian makroekonomi global, terutama dari data inflasi AS dan China yang akan dirilis dalam waktu dekat, masih menjadi faktor penentu arah harga Bitcoin selanjutnya.
"Konsolidasi dan volatilitas akan tetap tinggi dalam beberapa hari ke depan. Jika data inflasi menunjukkan tekanan yang rendah, maka potensi reli ke USD 88.800 atau bahkan USD 100.000 bisa terbuka. Tapi jika sebaliknya, tekanan jual bisa kembali membawa BTC ke kisaran support USD 73.500,” ujar Fyqieh.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Sentimen Lainnya
Sentimen pasar kripto sempat membaik usai pernyataan CEO BlackRock, Larry Fink, yang pada Senin, 7 April 2025 menyebut potensi koreksi pasar sebagai “peluang beli” strategis. Fink memprediksi, pasar global dapat turun hingga 20% jika tarif diberlakukan, tetapi pernyataannya justru disambut dengan keyakinan pasar usai Trump mengubah arah kebijakan.
Meskipun begitu, para analis tetap mengingatkan bahwa resistensi kuat BTC ada di kisaran USD 88.800, yang merupakan level tertinggi sebelum pengumuman tarif awal Trump pada awal April. Sementara itu, Detrended Price Oscillator (DPO) yang masih negatif menunjukkan tren naik belum sepenuhnya terkonfirmasi.
"Dengan pasar yang masih menantikan rilis data ekonomi dari dua kekuatan utama dunia, AS dan China, langkah selanjutnya dari Bitcoin akan sangat ditentukan oleh arah kebijakan moneter global dan ekspektasi inflasi,” kata dia.
Advertisement
Pasar Kripto Rontok, Ini Biang Keroknya
Sebelumnya, harga kripto merosot tajam setelah pasar saham berjangka Amerika Serikat dibuka anjlok pada 6 April. Ini terjadi karena pemerintahan Trump memperketat kebijakan tarif terhadap negara-negara lain.
Mulai 5 April, semua negara dikenakan tarif 10%, dengan beberapa negara kena tarif lebih tinggi seperti China 34%, Uni Eropa 20%, dan Jepang 24%. Bitcoin (BTC) turun lebih dari 6% dalam 24 jam terakhir dan diperdagangkan sekitar USD 77.883. Ether (ETH) malah lebih parah, turun lebih dari 12% ke USD 1.575. Total nilai pasar kripto juga ikut jatuh lebih dari 8%, jadi sekitar USD 2,5 triliun.
Tapi, ada sedikit pemulihan. Bitcoin naik lagi 1,4% ke USD 78.500 dan Ether ke USD 1.594. Sementara itu, Crypto Fear & Greed Index—yang mengukur rasa takut atau optimisme investor—turun ke angka 23 pada 7 April. Ini berarti pasar sedang dalam kondisi sangat takut.
Menurut kepala keuangan dari BTC Markets di Australia, Charlie Sherry, penurunan ini wajar karena hari Minggu biasanya pasar global sepi. "Kalau ada penjualan besar di hari sepi, dampaknya bisa langsung bikin harga jeblok," katanya, dikutip dari Cointelegraph, Senin (7/4/2025).
"Pemicunya jelas. Omongan soal tarif dari Trump bikin pasar panik. Hubungan dagang dunia jadi nggak pasti," imbuh dia. Meski begitu, beberapa orang tetap optimis. Pendiri BitMEX, Arthur Hayes, bilang meskipun tarif bikin pasar goyang, bisa saja justru bikin harga Bitcoin naik dalam waktu dekat.
Pasar saham Amerika juga langsung goyah. Kontrak berjangka untuk indeks S&P 500 turun hampir 4%. Nasdaq dan Dow Jones juga anjlok, bahkan Dow turun lebih dari 8%.
Akun analis pasar The Kobeissi Letter menyebut penurunan ini bikin S&P 500 masuk ke zona bear market (tren turun berkepanjangan). Selama 32 hari terakhir, pasar saham AS sudah kehilangan rata-rata USD 400 miliar tiap hari.
Tom Dunleavy dari firma MV Global mengatakan, ini bisa jadi penurunan tiga hari terburuk sepanjang sejarah pasar saham AS—kalau tren ini berlanjut.
