Taman Putroe Phang, Romansa Cinta di Kerajaan Aceh Darussalam

Pembangunan taman ini bukan hanya wujud cinta sultan terhadap permaisurinya, tetapi juga memperlihatkan kemakmuran dan kejayaan Aceh

oleh Panji Prayitno Diperbarui 11 Apr 2025, 06:00 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2025, 06:00 WIB
Taman Putroe Phang, Romansa Cinta di Kerajaan Aceh Darussalam
Taman Putroe Phang... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Taman Sari Gunongan atau dikenal sebagai Taman Putroe Phang adalah salah satu peninggalan sejarah paling romantis di Kesultanan Aceh Darussalam.

Taman Putroe Phang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda (1607–1636) untuk permaisurinya Putroe Phang, menjadi simbol cinta dan kemegahan kerajaan di masa lalu. Nama asli taman ini adalah Taman Ghairah, sebagaimana disebutkan dalam kitab Bustanus Salatin, sebuah naskah sejarah penting yang ditulis pada abad ke-17 oleh Nuruddin ar-Raniri.

Dibangun atas permintaan sang permaisuri yang berasal dari Kerajaan Pahang, taman ini dirancang untuk mengobati rasa rindu Putroe Phang terhadap kampung halamannya di Semenanjung Malaya. Putroe Phang adalah seorang putri dari Kerajaan Pahang yang dibawa ke Aceh oleh Sultan Iskandar Muda setelah kerajaan ayahandanya ditaklukkan.

Sebagai seorang permaisuri, Putroe Phang mendapatkan tempat istimewa di hati Sultan. Untuk menyenangkan hatinya dan agar tidak merasa kesepian saat sultan sibuk mengurus pemerintahan, dibangunlah sebuah taman megah yang mencerminkan keindahan dan ketenangan khas alam Melayu.

Pembangunan taman ini bukan hanya wujud cinta sultan terhadap permaisurinya, tetapi juga memperlihatkan kemakmuran dan kejayaan Aceh sebagai salah satu kerajaan Islam terkuat di Nusantara pada masanya.

Taman ini berfungsi sebagai tempat rekreasi dan peristirahatan bagi Putroe Phang serta para wanita istana. Dibangun dengan arsitektur khas, taman ini dihiasi berbagai elemen keindahan, termasuk kolam pemandian, gerbang megah, dan struktur unik bernama Gunongan, yang menjadi ikon utama taman.

Salah satu bagian paling menonjol dari taman ini adalah Gunongan, sebuah bangunan berbentuk menyerupai bukit kecil dengan ukiran yang indah. Gunongan memiliki filosofi mendalam, yang konon dirancang untuk mengingatkan Putroe Phang pada tanah kelahirannya yang dikelilingi pegunungan.

Struktur ini berfungsi sebagai tempat bermain dan bersantai sang permaisuri. Setelah selesai berenang di kolam taman, Putroe Phang kerap beristirahat di dalam Gunongan, ditemani para dayang yang setia melayaninya.

Filosofi Mendalam

Gunongan bukan hanya menjadi simbol kasih sayang sultan, tetapi juga menggambarkan kemajuan arsitektur Kesultanan Aceh pada masa itu. Dibangun dengan batu putih dan dihiasi relief yang indah, Gunongan menjadi bagian penting dari kompleks taman kerajaan dan hingga kini masih berdiri sebagai bukti kejayaan Aceh.

Di dalam kompleks taman ini terdapat sebuah gerbang kecil berbentuk kubah yang dikenal sebagai Pinto Khop. Gerbang ini merupakan penghubung antara taman dengan istana, yang memungkinkan Putroe Phang dan para dayang bergerak dengan leluasa tanpa harus melewati jalur umum.

Pinto Khop juga menjadi tempat peristirahatan sang permaisuri setelah berenang dan bermain di taman. Di tempat ini, para dayang akan membasuh rambutnya dan mempersiapkan segala kebutuhan sang permaisuri sebelum kembali ke istana.

Tak jauh dari Gunongan, terdapat sebuah kolam yang digunakan untuk mandi bunga dan keramas oleh Putroe Phang. Kolam ini dirancang untuk memberikan pengalaman mandi yang menyenangkan, dengan air jernih yang mengalir serta aroma bunga yang menyegarkan. Ritual mandi bunga bukan sekadar aktivitas rekreasi, tetapi juga dipercaya memiliki manfaat spiritual dan kesehatan.

Sebagai bagian dari warisan budaya Kesultanan Aceh, Taman Sari Gunongan telah mengalami berbagai perubahan seiring berjalannya waktu. Meskipun beberapa bagian taman telah rusak akibat bencana alam dan perang, situs ini tetap dijaga dan menjadi salah satu daya tarik wisata sejarah di Banda Aceh.

Pemerintah dan masyarakat setempat berupaya melestarikan taman ini agar tetap menjadi saksi bisu kisah cinta Sultan Iskandar Muda dan Putroe Phang. Saat ini, Taman Sari Gunongan sering dikunjungi wisatawan yang ingin menyaksikan langsung keindahan peninggalan sejarah Aceh.

Dengan desain arsitektur yang unik dan suasana yang menenangkan, taman ini menjadi tempat yang tepat untuk mengenang kejayaan masa lalu dan merasakan nuansa romantis yang masih terasa hingga kini.

Taman Sari Gunongan bukan sekadar taman kerajaan biasa, tetapi sebuah monumen cinta dan kejayaan yang mencerminkan betapa dalamnya kasih sayang Sultan Iskandar Muda kepada permaisurinya, Putroe Phang.

Keindahan arsitektur, filosofi yang mendalam, dan sejarah yang kaya menjadikan taman ini sebagai salah satu warisan budaya paling berharga di Aceh. Hingga hari ini, taman ini tetap berdiri sebagai saksi bisu kisah cinta yang abadi, menginspirasi generasi demi generasi tentang arti kasih sayang, kesetiaan, dan kejayaan peradaban Nusantara.

Penulis: Belvana Fasya Saad

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya