Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan mengklaim program revitalisasi pasar tradisional yang dilakukan bekerjasama dengan pemerintah daerah banyak membawa manfaat bagi para pedagang di pasar tersebut.
Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi mengatakan, manfaat positif dari pelaksanaan revitalisasi pasar tradisional tersebut adalah meningkatkan omzet pasar hingga mencapai 250% dari sebelumnya.
"Terjadi peningkatan omset 70%, itu paling rendah, ada yang tinggi sampai 250%. Kami duga karena terjadi penyaluran distribusi bahan pokok yang lebih baik, pasar lebih lebih bersih, drainase-nya lebih baik lebih terang dan pembagian zonasi-nya juga lebih tertata," ujar Bayu di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat (20/6/2014).
Dia menjelaskan, hingga Juni dalam tiga tahun terakhir telah dilakukan revitalisasi pada 461 pasar yang dulu sering disebut dengan pasar tradisional namun kini menjadi pasar rakyat. Total anggaran yang dialokasikan untuk program tersebut mencapai Rp 1,92 triliun dari APBN.
Jumlah ini, lanjut Bayu, baru setengah dari jumlah total nilai projeknya yang sebesar Rp 4 triliun. "Nilai proyeknya Rp 4 triliun karena ada juga dana APBD provinsi yang ambil bagian dalam revitalisasi ini," kata dia.
Bayu mengungkapkan, sebenarnya jumlah pasar tradisional di seluruh Indonesia yang tercatat 10 ribu pasar dari 550 kabupaten kota. Untuk menentukan pasar yang mendapatkan program revitalisasi, pihak Kemendag dan Pemda menerapkan sistem skorsing dengan menilai dari beberapa aspek sehingga mendapatkan pasar-pasar yang dianggap layak untuk direvitalisasi.
"Ada sistem skoring untuk pasar yang membutuhkan revitalisasi. Ada aspek yang kami perhitungkan seperti jumlah penduduk di sekitarnya, jumlah pasar yang rusak di wilayah tersebut, berapa besar perputaran ekonominya dan lain-lain. Nanti kami bikin ranking untuk ditentukan prioritasnya," jelasnya.
Selain itu, ada juga persyaratan lain yang harus ada pada pasar yang diprioritaskan untuk revitalisasi yaitu lahan yang ditempati tidak bermasalah sehingga pasar yang telah direvitalisasi nantinya tidak diganggu keberadaannya.
"Masalah lahan harus clean dan clear. Karena setelah direvitalisasi, akan diserahkan ke Pemda. Jadi dana hibah pemerintah pusat itu dalam bentuk pasar," ungkap dia.
Dalam proses revitalisasi ini, Bayu mengakui pihaknya juga kerap menghadapi kesulitan terutama terkait dengan dana dan pedagang yang akan menempati pasar yang baru nantinya.
"Misalnya desain awal untuk 2 ribu pedagang, tapi budgetnya ternyata hanya cukup untuk 1.500 pedagang. Atau dalam periode pembangunan ada penambahan pedagang, ini kritikal kita jaga sejak awal," tuturnya.
Meski demikian dengan adanya revitalisasi ini, diharapkan mampu memperbaiki kualitas produk, perdagangan dan perputaran uang yang terjadi di pasar tradisional sebagai salah satu elemen penggerak roda perekonomian nasional.
"Memang pembangunan fisik saja tidak cukup, makanya sekaligus kita membina untuk meningkatkan kalitas pelayanan perdagangan dari pasar itu. Inisitif itu dilakukan oleh UGM yang membuat sekolah pasar pendidikan bagi para pedagang, seperti membuat layout, membuat pricing hingga membuat pembukuan sederhana, sehingga pasar akan diminati oleh masyarakat. KAMI harapkan dari revitalisasi ini juga bisa menjadi pengaman berharga untuk kedepannya," tandas Bayu. (Dny/Ahm)