Konflik Geopolitik Dongkrak Harga Emas Pekan Ini

Harga emas diprediksi dapat kembali bersinar setelah melemah pekan lalu.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 21 Jul 2014, 06:50 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2014, 06:50 WIB
Ilustrasi Harga Emas Naik
Ilustrasi Harga Emas Naik (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, New York - Harga emas diprediksi dapat kembali bersinar setelah melemah pekan lalu. Terbukti mayoritas partisipan dalam survei mingguan bertajuk Kitco News Gold Survey melihat kemungkinan naiknya harga emas pekan ini.

Mengutip laman Forbes, Senin (21/7/2014), sebanyak 11 partisipan menilai harga emas akan naik pekan ini. Sebaliknya sebanyak sembilan partisipan memprediksi harga emas akan bergerak melemah dan lima lainnya melihat pergerakan yang mendatar.

Para partisipan terdiri dari para pialang, pedagang emas, analis pergerakan harga emas dan sejumlah bank investasi.

Pekan lalu, meski harga emas diprediksi menguat, tapi harga emas ternyata bergerak melemah pada perdagangan Jumat di New York Mercantile Exchange. Sepanjang pekan lalu, harga emas menurun sebesar US$ 19 per ounce.

Para partisipan menilai harga emas akan semakin tinggi dipicu ketegangan geopolitik yang semakin memanas. Situasi geopolitik yang tragis di jalur Gaza dan Ukraina memang berdampak baik pada pergerakan harga emas.

"Di saat bersamaan, pasar juga mendapat dukungan dari dampak pengurangan dana stimulus Bank Sentral AS (The Fed)," ungkap CEO Adrian Day Asset Management, Adrian Day.

Sementara para investor yang menilai rendahnya harga emas justru merespon terbalik kekhawatiran geopolitk yang terjadi.

"Ketegangan yang meningkat antara Rusia dan Ukraina serta Israel dan Palestina hanya dapat membuat harga emas menguat satu persen saja. Sementara itu, selama beberapa waktu ke belakang secara teknis harga emas bergerak melemah. Dan itu akan berlanjut pekan ini di kisaran US$ 1.275-US$ 1.350 per ounce," ungkap analis harga emas Ken Morrison. (Sis/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya