Harga Anjlok, Gairah Pengusaha Cari Minyak Merosot

Lembaga Riset Dunia Morgan Stanley memprediksi harga minyak dunia bakal turun hingga di bawah US$ 50 per barel.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 11 Des 2014, 13:31 WIB
Diterbitkan 11 Des 2014, 13:31 WIB
Harga Minyak
(foto:xinhua)

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Riset Dunia Morgan Stanley memprediksi harga minyak dunia bakal turun hingga di bawah US$ 50 per barel. Turunnya harga minyak membuat gairah pengusaha untuk mencari minyak menurun.

Pasalnya, keekonomian biaya produksi harga minyak harus mencapai US$ 80 per barel. Dengan turunnya harga ke level US$ 50 per barel, setidaknya ada sejumlah proyek minyak yang harus mengalamin penundaaan.

"Proyek senilai US$ 150 miliar dolar akan ditunda," kata Direktur Indonesia Petroleum Association Indonesia Petroleum Association (IPA) Lukman Mahfoedz di Jakarta, Kamis (11/12/2014).

Tak hak itu, turunnya gairah perusahaan minyak tentunya akan membuat produksi minyak nasional ikut anjlok. Akibatnya, pemerintah bakal makin rajin mengimpor demi memenuhi kebutuhan minyak di dalam negeri.

"Kalau jangka panjangnya proyek akan mandek dan impor akan lebih besar," pungkasnya.

Harga minyak dunia jatuh ke posisi terendah dalam lima tahun terakhir setelah keluarnya dua laporan mengenai pasokan yang ternyata lebih tinggi dibanding dengan permintaan.

Mengutip BBC News Business, Kamis (11/12/2014), Harga minyak mentah jenis Brent berada di level US$ 64,65 per barel, turun sebesar US$ 2,19 per barel atau sebesar 3,28 persen dibanding dengan perdagangan sebelumnya.

Organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) mengeluarkan laporan bahwa adanya penurunan permintaan global akan minyak dunia pada tahun depan.

Selain itu, Laporan terpisah yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat (AS) juga menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah negara tersebut juga cukup tinggi sehingga mendorong penurunan harga minyak. (Pew/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya