Rupiah Ambruk, Sektor Manufaktur Paling Rugi

Pelemahan rupiah yang terlalu cepat sangat berbahaya mengingat komponen impor Indonesia yang masih terlalu banyak.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 16 Des 2014, 19:40 WIB
Diterbitkan 16 Des 2014, 19:40 WIB
Rupiah Kredit
(foto: Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) menjadi tekanan luar biasa hingga membuat rupiah melemah hingga sempat menyentuh level 12.900 per dolar AS pada perdagangan hari ini.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B. Sukamdi mengatakan, pelemahan rupiah yang terlalu cepat sangat berbahaya mengingat komponen impor Indonesia yang masih terlalu banyak.

"Yang jelas semua sektor yang pakai komponen impor itu pasti terkena dampak negatifnya. Manufaktur masih sangat tinggi ya komponen impornya," ungkap Hariyadi di Jakarta, Selasa (16/12/2014).

Akibatnya, kontribusi sektor manufaktur melemah dalam lima tahun terakhir. Menurutnya, setiap pelemahan rupiah pasti menyebabkan ketidakstabilan usaha di berbagai sektor. 

Pasalnya, para pengusaha harus menghitung cost yang kemudian disesuaikan dengan pergerakan mata uang yang tengah terjadi.

Meski begitu Hariyadi membenarkan adanya manfaat pelemahan rupiah bagi para eksportir di Tanah Air. Karenanya, dia menyayangkan perhatian dan dorongan pemerintah yang masih terbilang rendah terhadap sektor-sektor yang berpotensi ekspor tinggi seperti sektor padat karya.

"Tak ada eksportir yang paling untung, semua eksportir pasti untung dari manufaktur sampai sumber daya alam," ujarnya.

Namun Hariyadi menjelaskan, ekspor Indonesia selama ini masih belum bergerak secara signifikan. Apalagi di tengah pelemahan rupiah seperti ini, pasti akan terjadi perlambatan atau pengereman impor.

"Saya rasa sih rupiah seharusnya masih bisa berada di level 12.000 per dolar AS," tandasnya. (Sis/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya