OJK Bakal Bantu Pemerintah Gabungkan Bank Syariah

Sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim, Indonesia membutuhkan bank syariah yang memiliki modal besar.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 21 Feb 2015, 10:46 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2015, 10:46 WIB
Ilustrasi OJK
Ilustrasi OJK (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK)‎ Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menggabungkan bank-bank syariah. Pasalnya sebagai negara yangmayoritas penduduknya muslim, Indonesia membutuhkan bank syariah yang memiliki modal besar.

"Kami dukung rencana itu. Saat ini kita sedang lakukan pembicaraan intensif mengenai bagaimana cara yang paling efektif untuk merealisasikan merger tersebut," kata Ketua Dewan Komsisioner OJK, Muliaman D Hadad ditulis Sabtu (21/2/2015).

Dalam masa pemerintahan Presiden Joko Widodo(Jokowi‎), lanjut Muliaman, bank-bank syariah yang menjadi anak usaha bank konvesional BUMN juga harus mengambil andil dalam percepatan pembangunan ekonomi.

Dengan modal yang besar, bank syariah akan mampu membiayai proyek-proyek infrastruktur pemerintah sehingga tidak hanya mengandalkan dari bisnis pinjaman saja.

"Yang penting sehat dulu, mampu melakukan branchles banking‎. Ada banyak hal, jadi dengan begitu penetrasinya lebih bagus," jelasnya.

Sebelumnya, Kementerian BUMN telah membentuk tim untuk mengkaji rencana penggabungan bank-bank syariah milik bank BUMN. Namun nampaknya hal itu tidak langsung didukung oleh para pelaku industri perbankan.

Salah satunya PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Manajemen BNI menilai penggabungan bank-bank syariah ini belumlah menjadi satu hal yang sangat penting mengingat masih banyak cara lain untuk memperbesar penetrasi bank syariah di pasar.

"Kalau untuk menghadapi 2020, saya pikir lebih baik mengarah ke strategi partner dari pada itu, baru setelah itu lakukan IPO," kata Direktur Utama BNI, Gatot M Suwondo di Jakarta, 18 Februari 2015.

Strategi partner yang dimaksudkan Gatot adalah dengan menggandeng bank-bank negara lain yang penduduknya mayoritas muslim untuk memasarkan produk-produknya di negara masing-masing.

Saat ini BNI masih menjajaki untuk melakukan kerjasama dengan‎ beberapa negara Timur Tengah salah satunya Uni Emirat Arab untuk mengembangkan lini bisnisnya.

Namun begitu, Gatot memahami apa yang dimaksudkan pemerintah untuk memperkuat perbankan syariah di Indonesia bukan satu hal yang buruk. Hanya saja cara yang ditempuh masih terlalu berisiko untuk saat ini.

"Untuk bank syariah itu semua punya ambisi, ada dua bank syariah yang diharapin besar tapi tidak besar-besar, malah nyungsep, masih ambisi juga dengan cara digabung, oke lah," ujar Gatot. (Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya