Liputan6.com, Jakarta - Keinginan kuat Indonesia untuk bergabung kembali dengan Organisasi Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) disambut baik Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil. Sayangnya dia meragukan Indonesia bisa menjadi anggota penuh lagi setelah Januari 2009 keluar.
"Kalau jadi observer, saya pikir bagus ya. Kita jadi tahu dan dalam diskusi atau rapat bisa ikut hadir. Observer tidak punya hak suara tapi punya hak bicara. Kita masih ekspor walaupun sedikit," tegas Sofyan di kantornya, Jakarta, Senin (11/5/2015).
Ia mengatakan, Indonesia akan memperoleh hak bicara dalam memberi pandangan terhadap perkembangan minyak dunia saat menjadi observer.
Berbeda dengan saat menjadi anggota penuh, sebuah negara bisa mendapat hak suara. Tapi Sofyan pesimistis Indonesia kembali menjadi anggota penuh.
Advertisement
"Kalau kita dapat minyak lagi kenapa tidak (menjadi anggota penuh). Minyaknya saja belum ditemukan," ujar Sofyan.
Terkait ‎dengan pernyataan Mantan Gubernur OPEC untuk Indonesia Maizar Rahman soal pembekuan diri status Indonesia sebagai negara pengekspor minyak, Sofyan mengaku tidak tahu. "Membekukan diri barangkali, karena itu ada inisiatif kita. Sekarang diaktifkan lagi," ujar Sofyan.
Sebelumnya Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said mengatakan, tujuan Indonesia menjadi anggota OPEC agar bisa mengikuti perkembangan pasar. Selama ini, Indonesia sangat ketinggalan terkait informasi harga minyak dan gas dunia.
"Saya juga sedang pertimbangkan, ingin kembali aktif dalam OPEC. Karena kita keluar, dinamika pasar kita tidak tanggap dengan cepat," kata Sudirman.
Ketua Tim Pengendalian Kinerja Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Widyawan Prawira Atmaja pernah mengatakan, manfaat yang didapat jika Indonesia kembali menjadi anggota OPEC adalah mendapat akses data dan perkembangan kondisi perminyakan dunia.
"Bagus, ada banyak manfaatnya. Kita bisa akses data yang mereka punya dan dapat analisa yang mereka buat," kata Widyawan.
Widyawan menambahkan, manfaat lainnya adalah Indonesia bisa mendapat mitra negara penghasil dan memiliki sumber minyak yang melimpah. "Bergaul sama yang punya cadangan minyak banyak. Bergaul saja kalau diundang datang," tutur Widyawan. (Fik/Ahm)