Darmin Nasution: APBN Bisa Jadi Obat Atasi Perlambatan Ekonomi

Ekonomi Indonesia selama beberapa tahun terakhir, sangat didominasi perkembangan dan pemanfaatan sumber daya alam.

oleh Septian Deny diperbarui 09 Jul 2015, 15:39 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2015, 15:39 WIB
Mantan Gubernur BI Dipanggil KPK Terkait Kasus BCA
Darmin Nasution mengklaim tak tahu menahu soal kasus dugaan korupsi yang menjerat mantan Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak, Hadi Poernomo, Jakarta, Senin (11/8/2014) (Liputan6.com/Panji Diksana)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Darmin Nasution, menyatakan meski kondisi ekonomi Indonesia tengah mengalami situasi yang tidak menguntungkan, namun ada satu pilar yang bisa menjadi tumpuan untuk memperbaiki hal ini, yaitu penggunaan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) secara tepat.

Dia mengakui, ekonomi Indonesia selama beberapa tahun terakhir, sangat didominasi perkembangan dan pemanfaatan sumber daya alam, termasuk antara lain pertambangan non-migas dan perkebunan.

"Namun pada saat ini, kita justru memasuki apa yang disebut dengan super siklus dalam harga komoditas," ujar Darmin dalam Sarasehan Jokowi dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) dengan tajuk 'Presiden Menjawab Tantangan Ekonomi' yang disiarkan langsung dari Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (9/7/2015).

Menurut Darmin, pada jaman dulu umumnya sektor industri manufaktur beralih ke komoditas. Hal ini baik jika siklusnya berada terus di atas. Namun sayangnya dalam 5 tahun-6 tahun terakhir, siklusnya mengalami penurunan dan mempengaruhi penghasilan masyarakat.

"Penurunan komoditi berpengaruh pada masyarakat di luar Jawa, seperti di Sumatera dan Kalimantan, bahkan yang biasanya menikmati hasil tambang. Hari-hari belakangan mengalami perlambatan ekonomi dan juga pertumbuhan negatif seperti di Riau, Kalimantan Timur mengalami itu. Jadi tendensi itu yang sedang berlangsung," kata dia.

Perlambatan itu terjadi pada konsumsi, lanjut Darmin, lantaran penghasilan masyarakat yang terganggu. Hal tersebut terjadi beberapa tahun terakhir. "Pertumbuhan penjualan semen, kendaraan bermotor maupun kredit konsumsi  mulai tumbuh negatif. Investasi juga stagnan betul-betul melambat," lanjut dia.

Namun dalam situasi seperti ini, ada satu pilar yang bisa diharapkan menjadi stimulus melawan siklus negatif ini yaitu APBN.
"Biasanya APBN yang dipakai menangkal faktor negatif dari faktor-kator di luar itu. Tapi kelihatannya kita terlambat bereaksi pada tendensi yang berlangsung," tandas dia.(Dny/Nrm)


Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya