Tertekan Tiga Negara, Menteri Ekonomi Jokowi Susah Libur Lebaran

Situasi ekonomi Yunani dan China dinilai sangat berpengaruh ke negara-negara berkembang.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 12 Jul 2015, 17:15 WIB
Diterbitkan 12 Jul 2015, 17:15 WIB
Perlambatan Ekonomi Indonesia Mengkhawatirkan
Suasana gedung bertingkat di kawasan Jakarta Pusat, Jumat (15/5/2015). Perlambatan ekonomi Indonesia di triwulan I tahun 2015 sebesar 4,7 persen dinilai para pengamat ekonomi sangat mengkhawatirkan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi Indonesia tengah mengalami tekanan dari kondisi ekonomi dunia, khususnya tiga negara yakni Yunani, China dan Amerika Serikat (AS). Gonjang-ganjing ekonomi ini akan menghantui libur Lebaran para menteri ekonomi di Kabinet Kerja Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK).

"Libur Lebaran Kabinet Kerja Bidang Ekonomi tidak akan cukup nyaman untuk beristirahat dengan tenang," ucap Rektor Universitas Paramadina, Firmanzah saat Diskusi Mengupas Kekuatan Ekonomi Indonesia Paska Yunani Kolaps dan Tiongkok di Kedai Tjikini, Jakarta, Minggu (12/7/2015).

Ia menuturkan, para menteri ekonomi harus tetap memantau perkembangan kondisi ekonomi terkini terutama dari China, Yunani dan AS selama libur Lebaran.

"Mereka harus tetap memantau pasar saham di China yang masih berjalan atau dibuka perdagangannya selama libur Lebaran di Indonesia. Menteri ekonomi Jokowi pun harus mengikuti perkembangan rapat Gubernur Bank Sentral AS terkait rencana kenaikan suku bunga acuan," jelas Firmanzah.

Firmanzah menambahkan, pemerintah juga mesti menyoroti kondisi perekonomian Yunani paska gagal bayar utang karena perundingan atau negosiasi dana talangan 2,1 miliar Euro masih berlangsung.

"Eropa sedang dalam kondisi tidak nyaman, karena Italia punya postur anggaran yang sama dengan Yunani. Hal ini akan memicu penguatan dolar AS terhadap mata uang Euro, mata uang negara lain, dan kurs rupiah juga akan tertekan," tegas Firmanzah.

Dia berharap, pemerintah khususnya menteri ekonomi Jokowi untuk tidak menganggap remeh faktor eksternal tersebut meski ekspor Indonesia ke Yunani kurang dari 10 persen. Kasus rontoknya bursa saham China pun akan membayang-bayangi ekonomi Indonesia.

"Rentetan tekanan ini yang tidak bisa dianggap remeh, karena Yunani dan China sangat berpengaruh ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia," tandas Firmanzah.

Sebelumnya para menteri keuangan kawasan Euro menunda sementara pembahasan dana talangan/bailout baru untuk Yunani pada akhir pekan ini. Para menteri keuangan akan bertemu kembali pada pukul 09.00 waktu setempat sebelum tenggat waktu kesepakatan utang Yunani disetujui 28 negara anggota Uni Eropa. Menteri Keuangan Belanda, Jeroen Dijsselbloem menuturkan, pihaknya terus bekerja meski masih sangat sulit. (Fik/Ahm)

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya