Aksi Buyback Saham BUMN Hanya Menggarami Lautan

Intervensi yang dilakukan Pemerintah China terbukti tak kuasa menahan laju kemerosotan indeks harga saham.

oleh Arthur Gideon diperbarui 26 Agu 2015, 12:50 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2015, 12:50 WIB
20150730-Bursa-Saham-Jakarta
Papan harga saham terpampang di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (30/7/2015). Setelah terus melemah, IHSG akhirnya menguat 29,82 poin atau 0,61 persen) ke level 4.750,31. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri mempertanyakan kebijakan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno yang menitahkan 13 perusahaan BUMN yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk membeli kembali (buyback) saham. 

Faisal menjelaskan, dana yang digunakan untuk aksi buyback yang hanya Rp 10 triliun tersebut akan bisa menahan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Ia menggambarkan langkah buyback tersebut sama saja menggarami lautan dan tidak memiliki dampak positif bagi perekonomian.

“Perintah Menteri BUMN kepada sejumlah BUMN untuk membeli balik saham-sahamnya patut dipertanyakan. Apakah tindakan itu merupakan inisiatif pribadi Rini Soemarno tanpa konsultasi dengan jajaran menteri ekonomi?” kata Faisal seperti dikutip Rabu (26/8/2015).

Alasan Faisal mengungkapkan hal tersebut, kejatuhan tidak hanya dialami oleh IHSG saja namun juga dialami oleh hampir seluruh pasar modal di dunia. Dow Jones Industrial Average turun 588,4 poin atau minus 3,57 persen. Indeks harga saham di Eropa juga turun rata-rata sekitar 4 sampai 5,3 persen.

Sementara, intervensi yang dilakukan Pemerintah China terbukti tak kuasa menahan laju kemerosotan indeks harga saham yang sempat minus 8,5 persen kemarin.

“China yang punya kemewahan dalam bentuk likuiditas yang melimpah saja tak mampu menjinakkan pasar saham, apalagi Indonesa yang modalnya paspasan,” tegasnya.

Dalam situasi seperti sekarang, mantan tim pemberantasan mafia migas tersebut mengatakan seharusnya tidak boleh pejabat publik melakukan inisiatif pribadi dalam menjalankan kebijakannya.

“Semua harus dibicarakan dengan menteri-menteri lainnya, juga dengan Bank Indonesia. Setelah itu satu suara sampaikan pesan ke publik,” kata Faisal.

Disarankannya, kalaupun perusahaan-perusahaan pelat merah memiliki uang berlebih, Faisal menilai akan lebih tepat jika seluruhnya didorong untuk mempercepat investasi. Jangan sampai uang tersebut dihabiskan untuk buyback saham.

“Karena kalau melakukan buyback, dana BUMN yang disimpan di bank akan ditarik. Bank akan mengalami kekeringan dana dan pasti muncul masalah baru,” tegasnya.

Untuk diketahui, pada pra pembukaan perdagangan saham Rabu (26/8/2015), IHSG melemah 27,68 poin (0,65 persen) ke level 4.200,82. Indeks saham LQ45 juga melemah 1 persen ke level 701,17. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah pada sesi awal perdagangan saham.

Pada pembukaan pukul 09.00 WIB, IHSG terus melemah 52,81 poin (1,25 persen) ke level 4.179,68. Indeks saham LQ45 turun 1,64 persen ke level 696,98. (Gdn/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya