Minyak dan Gas Bumi: Dapur Negara

Sektor hulu minyak dan gas bumi memainkan peran strategis dalam berbagai babak perjalanan sejarah Indonesia.

oleh Liputan6 diperbarui 28 Agu 2015, 00:14 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2015, 00:14 WIB
Minyak dan Gas Bumi: Dapur Negara
Sektor hulu minyak dan gas bumi memainkan peran strategis dalam berbagai babak perjalanan sejarah Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Industri hulu minyak dan gas bumi telah lama menjadi bagian penting dari sejarah panjang bangsa Indonesia.Dalam berbagai babak perjalanan Indonesia dari awal kemerdekaan sampai saat ini, sektor strategis ini selalu memiliki peran vital dalam menggerakkan pembangunan di tanah air.

Di awal-awal kemerdekaan, Indonesia bergulat untuk menentukan bentuk tata kelola industri hulu minyak dan gas bumi yang mandiri sesuai dengan statusnya sebagai negara merdeka.

Dari awal kemerdekaan sampai tahun 1960, Indonesia menyusun regulasi sekaligus membentuk institusi untuk menjalankan kegiatan ini. Baru setelahnya kegiatan eksplorasi secara masif dilakukan dan berhasil menemukan beberapa cadangan minyak dan gas besar yang sampai sekarang masih menjadi tulang punggung produksi nasional.

Hasil eksplorasi ini dapat dirasakan beberapa tahun kemudian, saat hasil eksplorasi sudah bisa diproduksikan. Saat itu, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang sangat membutuhkan dana untuk menopang pembangunan. Di saat itulah industri hulu migas berperan sebagai tulang punggung penerimaan negara. Dari tahun 1969 hingga 1994, kontribusi minyak dan gas bumi mencapai lebih dari 50 persen dari total pendapatan negara.

Dari berkah minyak dan gas inilah Indonesia kemudian membangun. Sektor-sektor lain pun akhirnya turut berkembang dan turut berkontribusi terhadap penerimaan negara. Dengan berkembangnya sektor lain, peran industri hulu minyak dan gas bumi juga berkembang. Sektor ini tidak lagi hanya menjadi kontributor utama penerimaan negara, tetapi juga berperan menciptakan multiplier effect bagi perekonomian.

Sejak tahun 2006 sampai sekarang, penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) oleh sektor ini terus meningkat. Sebagai ilustrasi, pada 2006, pemanfaatan komponen dalam negeri di sektor hulu migas mencapai 43 persen. Sementara untuk tahun 2015, penggunaan komponen dalam negeri hingga Juni mencapai 67,71 persen.

“Dalam berbagai episode sejarah, sektor hulu migas selalu menjadi dapur yang memberi energi bagi rumah yang bernama Indonesia,” ujar Amien Sunaryadi, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas)

Amien menambahkan industri ini masih berpotensi untuk terus memberikan kontribusi terbaiknya bagi bangsa dan negara. Namun, sektor ini memerlukan dukungan semua pihak supaya dapat menjalankan kegiatannya dan memberikan kontribusi secara maksimal.

(Adv)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya