Jepang Ajukan Proposal Tambahan Proyek Kereta Cepat, China Kecewa

Delegasi Jepang memberikan tambahan penawaran dalam proposal kereta cepat yang mereka ajukan.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 29 Agu 2015, 15:29 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2015, 15:29 WIB
20150813-Kereta-Cepat-Cina-Jakarta-Rini-Soemarno
Kereta Cepat Buatan Cina (Liputan6.com/Andrian M Tunay)

Liputan6.com, Jakarta - China memandang bahwa langkah pengajuan proposal tambahan yang dilakukan oleh Jepang dalam proyek kereta cepat Jakarta Bandung sangat tidak adil. Pasalnya, dengan adanya proposal tambahan tersebut maka penilaian dalam studi kelayakan menjadi berbeda dengan proposal asli.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menjelaskan, dalam pembicaraan empat mata antara dirinya dengan Duta Besar China untuk Indonesia, Xie Feng, yang dilakukan pada Jumat (28/8/2015) kemarin, pihak China menyatakan kekecewaannya dengan langkah pengajuan proposal tambahan oleh Jepang untuk proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.

Namun meskipun menyatakan kekecewaannya, China tidak akan mengambil langkah sama seperti Jepang."China tidak mengajukan proposal tambahan. Dia cuma kecewa. Nah, tapi kami bilang akan melakukan penilaian yang fair. Jadi akan dinilai dulu proposal aslinya, nanti yang tambahan terpisah,"jelas Darmin Seperti ditulis, Sabtu (29/8/2015).

Untuk menindaklanjuti pembicaraan tersebut, Damin akan melaporkannya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) secepatnya. Darmin juga menyatakan bahwa batas akhir penilain akan dilakukan pada Senin depan setelah itu akan langsung diumumkan pemenang untuk proyek tersebut.

Untuk diketahui, pada Rabu (26/8/2015) lalu, delegasi Jepang memberikan tambahan penawaran dalam proposal kereta cepat yang mereka ajukan.

Dalam tambahan tersebut, jepang memberikan keringanan dalam jaminan pemerintah yang tadinya harus seluruhnya sekarang hanya menjadi 50 persen saja.

Mantan Gubernur Bank Indonesia itu menyebutkan, Jepang juga menawarkan waktu pengerjaan yang lebih singkat dari proposal sebelumnya. Namun, apabila harus mengerjakan studi amdal (analisis dampak lingkungan), maka akan sulit mewujudkan pengerjaan singkat itu. (Fik/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya