Liputan6.com, Jakarta - Satuan Tugas Percepatan Dwelling Time Kementerian Kordinator Bidang Maritim mengungkap penyebab kereta sulit beroperasi di Pelabuhan Tanjung Priok. Padahal, kereta merupakan moda transportasi yang efisien dalam bongkar muat barang di pelabuhan.
Kepala Satgas Percepatan Dwelling Time Agung Kuswandono mengatakan, penyebab kereta tak bisa beroperasi dipelabuhan adalah perkara bisnis. Pasalnya, dengan kereta barang bisa cepat keluar pelabuhan sehingga tidak ada barang yang mampir Tempat Penyimpanan Sementara (TPS), hal tersebut tentunnya berpengaruh pada pendapatan operator pelabuhan.
"Artinya kontainer tidak tertimbun di TPS. Artinya tidak ada biaya timbun di TPS, ya masalah bisnis saja sebenarnya," kata Agung di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (10/9/2015).
Karena itu, Agung menduga untuk menghambat pengoperasian kereta di Pelabuhan Tanjung Priok, operator pelabuhan yaitu PT Pelindo II (Persero) menutup jalur kereta dengan beton.
"Nyatanya rel kereta ditutupi semua padahal rel kereta zaman Belanda lini satu itu ada rel keretanya itu," tuturnya.
Menurut Agung, kereta merupakan alat transportasi yang efektif untuk mengangkut barang dari pelabuhan. Pasalnya, satu rangkaian saja bisa mengangkut 60 kontainer. Sehingga dapat menghemat waktu dan mengurangi kepadatan lalulintas.
"Yang paling penting kalau kereta api jadi satu kereta api bisa angkut 60 kontainer 40 teus. Bayangkan 60 kontainer sekali keluar dari Tanjung Priok. Itu berarti 60 truk kemacetan akan berkurng signifikan kan, nah itu cara berpikir begitu," pungkasnya. (Pew/Ndw)