Alasan BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 7,5%

Bank Indonesia memprediksi defisit transaksi berjalan berada di kisaran 2 persen.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 15 Okt 2015, 21:10 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2015, 21:10 WIB
Ilustrasi Bank Indonesia (2)
Ilustrasi Bank Indonesia (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate pada level 7,5 persen. Hal itu itu karena mempertimbangkan perekonomian domestik.

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi Bank Indonesia, Yudha Agung menerangkan adapun faktor ekonomi yang dimaksud ialah inflasi, defisit transaksi berjalan ( current account deficit), serta pertumbuhan ekonomi.

"Kami lihat pertumbuhan ekonomi belum terlalu kuat walaupun membaik, tentu faktor global juga  kita lihat," kata dia di Jakarta, Kamis (15/10/2015).

Namun begitu, dia bilang tekanan perekonomian telah mulai mereda. Inflasi akan berada di bawah titik tengah 4 persen sampai akhir tahun.

"Kami perkirakan Oktober dari survei sejauh ini mengindikasi ada potensi deflasi. Sehingga akhir tahun itu akan lebih rendah 4 persen," ujar Yudha.

Kemudian, defisit transaksi berjalan berada di kisaran 2 persen. Di bawah perkiraan semula sebanyak 2,2 persen-2,3 persen.

Dengan adanya kemungkinan penundaan normalisasi kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS)/ The Federal Reserve (The Fed) membuat dana asing kemudian masuk lagi ke Indonesia.

"Dengan kemungkinan penundaan normalisasi The Fed inflow mengalami perbaikan di bulan Oktober hingga 12 oktober inflow mengalami kenaikan," ujar Yudha.

Dia juga mengatakan, perbaikan ekonomi juga disebabkan karena pemerintah telah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi. Dengan itu, perekonomian domestik semakin terjaga. (Amd/Ahm)

 
 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya