Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengakui bahwa volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cukup tinggi sepanjang tahun ini. Di akhir kuartal III, rupiah sempat menyentuh level 14.600 per dolar AS. Namun meskipun volatilitas cukup tinggi, otoritas moneter di Indonesia ini menyebutkan bahwa kurs rupiah masih di bawah kendali mereka.
Gubernur BI, Agus Martowardojo menuturkan, rupiah terdepresiasi 5,35 persen ke level Rp 13.783 per dolar AS pada kuartal III 2015 ini dibanding kuartal sebelumnya yang ada di angka Rp 13.131 per dolar AS.
"Kemudian tekanan kurs mereda pada awal Oktober 2015 seiring penguatan rupiah. Rupiah menguat 6,8 persen ditutup ke level 13.717 per dolar AS per 21 Oktober 2015. Jadi secara year to date, rupiah melemah 9,7 persen," paparnya di Jakarta, seperti ditulis Jumat (23/10/2015).
Menurut Agus, pergerakan atau volatilitas nilai tukar rupiah masih dalam kisaran target BI di bawah 12 persen. BI, lanjutnya, sudah memperkirakan, gejolak kus rupiah kembali normal pada Oktober 2015 setelah mengalami lonjakan volatilitas di September lalu.
"Jadi tidak bahaya. Kami memang tidak ingin ada volatilitasnya yang tinggi untuk memberi kepercayaan pada masyarakat kalau BI menjaga stabilitas kurs rupiah. Jika dilihat beberapa negara berkembang, mata uangnya tertekan dengan volatilitas mencapai 16 persen," jelas Mantan Menteri Keuangan (Menkeu) era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono itu.
Sebelumnya, Currency strategist Australia & New Zealand Banking Group Ltd, Singapura, Irene Cheung menuturkan, penguatan rupiah dalam beberapa hari terakhir lebih disebabkan penundaan rencana dari bank sentral Amerika Serikat (AS) untuk kenaikan suku bunga.
Penundaan tersebut memberikan ruang bagi investor kembali menata investasi mereka di negara berkembang termasuk Indonesia. Oleh sebab itu, rupiah kembali menguat dan Indeks Harga Saham Gabungan pun terus berada di zona hijau.
"Kami melihat aliran dana yang masuk mendukung rupiah, karena pasar tidak yakin The Fed akan serius menaikkan suku pada bulan Desember," kata Irene.
Investor asing telah membeli saham-saham di Indonesia senilai US$ 50 juta dalam 3 hari terakhir, dan Rp 2,43 triliun dalam obligasi pemerintah selama 2 minggu belakangan ini. (Fik/Gdn)
Volatilitas Rupiah Tinggi, Ini Kata Gubernur BI
Rupiah terdepresiasi 5,35 persen ke level Rp 13.783 per dolar AS pada kuartal III 2015 ini.
Diperbarui 23 Okt 2015, 10:34 WIBDiterbitkan 23 Okt 2015, 10:34 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Produksi Liputan6.com
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Inspirasi Warna Cat Rumah Bagian Luar yang Estetik dan Elegan, Jadi Rekomendasi
5 Rekomendasi Hotel di Bandung, Tempat Menginap Terbaik untuk Liburan di Kota Kembang
Desain Tangga Rumah Minimalis Modern 2 Lantai, Beri Sentuhan Elegan
CEO Vale Indonesia Febriany Eddy Mengundurkan Diri Usai Gabung ke Danantara
Punya Rumah Minimalis? Ini 4 Tips Pilih Perabotan Biar Nggak Bikin Sumpek!
5 Potret Model Kanopi Baja Ringan depan Rumah Atap Spandek
Cara Mengoles Mentega di Roti Ungkap Kepribadian, Kamu Seperti Apa?
VIDEO: Pedagang Bakso Ditangkap Polisi Jual Obat Terlarang di Warung
5 Model Gamis Motif Polkadot untuk Gaya Retro hingga Kasual, Tampil Beda dan Menawan
Jadwal dan Link Siaran Lakers vs Timberwolves - NBA Playoffs 2025 di Vidio
IMF Ramal Ekonomi Indonesia Terjerembab, Sri Mulyani: Lebih Baik dari Vietnam-Meksiko
Temukan 3 Perbedaan Kucing Tidur di Jerami dalam 29 Detik, Bikin Mikir Keras