Rupiah Ditutup Menguat ke Level 13.640 per Dolar AS

Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dinilai didukung dari kembalinya aliran dana asing ke pasar keuangan.

oleh Ifsan Lukmannul Hakim diperbarui 22 Okt 2015, 18:15 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2015, 18:15 WIB
20151009-Dollar-Turun
Petugas menghitung uang pecahan US$100 di Jakarta, Jumat (9/10/2015). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (9/10/2015) mengalami penguatan, bahkan bergerak ke level Rp 13.400. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat 84 poin pada Kamis pekan ini. Keperkasaan rupiah itu ditopang kembali masuknya dana asing di pasar obligasi dan saham.

Mengutip Bloomberg, Kamis (22/10/2015), nilai tukar rupiah ditutup di level 13.640 per dolar AS atau menguat 84 poin dibandikan level penutupan sebelumnya di 13.724 per dollar AS.

Sepanjang hari ini, nilai tukar rupiah bergerak pada rentang 13.510 per dolar AS-13.746 per dolar AS. Sementara itu, kurs tengah atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah menguat 46 poin menjadi 13.640 per dolar AS pada Kamis, dari perdagangan Rabu di level 13.696 per dolar AS.

Investor asing telah membeli saham-saham di Indonesia senilai US$ 50 juta dalam 3 hari terakhir, dan Rp 2,43 triliun dalam obligasi pemerintah selama 2 minggu belakangan ini.

Masuknya investor asing kembali ke pasar keuangan di Indonesia karena dampak positif dari paket kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah. Dari akhir September hingga Oktober ini, pemerintah telah mengeluarkan empat paket kebijakan yang mendorong investasi guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Selanjutnya, untuk meningkatkan perekonomian nasional, Presiden Jokowi dijadwalkan akan mengumumkan paket kebijakan ekonomi jilid V pada hari ini.

Selain itu, rencana bank sentral Amerika Serikat (AS) untuk menunda kenaikan suku bunga juga memberikan ruang bagi investor asing kembali menata investasi mereka di negara berkembang.

"Kami melihat aliran dana yang masuk mendukung rupiah, karena pasar tidak yakin The Fed akan serius menaikkan suku pada bulan Desember," kata Irene Cheung, currency strategist dari Australia & New Zealand Banking Group Ltd di Singapura.

"Paket kebijakan keempat direspons positif, jadi kita lihat apa yang mereka paparkan untuk yang kelima ini." tambah Irene.

Sebelumnya, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan ekonomi yang cukup nendang untuk meningkatkan roda perekonomian nasional, seperti menurunkan harga BBM kecuali premium, dan tarif listrik untuk sektor industri. Pemerintah juga membuat skema untuk memangkas birokrasi dan mempercepat izin usaha. (Ilh/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya