Liputan6.com, Jakarta - Angka pengangguran di Indonesia meningkat sebanyak 320 ribu jiwa menjadi 7,56 juta orang pada Agustus 2015. Penambahan jumlah orang yang menganggur terjadi pada lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Diploma maupun Universitas.
Deputi Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto mengatakan, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada penduduk berpendidikan SD ke bawah mengalami penurunan dari 3,04 persen di kuartal III 2014 menjadi 2,74 persen di kuartal III 2015.
Pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), jumlah orang yang menganggur susut menjadi 6,22 persen atau turun 0,93 poin dibanding realiasi periode yang sama 2014 sebesar 7,15 persen.
Advertisement
"Tapi kenaikan justru terjadi di tingkat pendidikan SMA dari 9,55 persen menjadi 10,32 persen. Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) juga naik dari 11,24 persen menjadi 12,65 persen, Diploma I/II/III dari 6,14 persen jadi 7,54 persen dan pendidikan Universitas naik menjadi 6,40 persen dari 5,65 persen," ujar Suhariyanto, Jakarta, Kamis (5/11/2015).
Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS, Rizal Ritonga mengatakan, kenaikan persentase atau tingkat pengangguran yang mengecap pendidikan SMA, SMK dan bangku kuliah karena daya serapnya sangat rendah.
"Kalau sekolah jurusan atau SMK,dia khusus atau spesialis. Jadi ketika lapangan kerja yang sesuai keahlian tidak ada, jadi mereka sulit mencari kerja di sektor lain. Mereka tidak fleksibel," kata Rizal.
Baca Juga
Sebelumnya, Rizal mengaku, angka pengangguran meningkat karena terjadi PHK dan penurunan daya serap tenaga kerja akibat perlambatan ekonomi. Menurut Rizal, industri yang melakukan PHK kebanyakan yang bergantung pada bahan baku impor.
"Pengangguran naik karena para pencari kerja banyak yang tidak terserap, serta maraknya PHK. Semua itu terjadi akibat perlambatan ekonomi di Indonesia. Kurs rupiah melemah, biaya produksi meningkat, perusahaan harus berhemat dan akhirnya PHK," terang Rizal.
Di samping itu, tambahnya, terjadi penurunan orang yang bekerja di sektor pertanian hingga Agustus 2015 menjadi 37,75 juta orang dibanding periode yang sama tahun lalu sebanyak 38,97 juta orang.
Sementara di sektor konstruksi justru naik dari 7,28 juta orang di bulan kedelapan ini menjadi 8,21 juta orang di Agustus 2015. "Jadi karena ada pergeseran, sehingga banyak pengangguran," pungkas Rizal. (Fik/Ahm)