Indonesia Masih Potensial untuk Investasi Padat Karya

Realisasi investasi China secara kumulatif Januari-September 2015, mencapai US$ 406 juta dengan jumlah proyek mencapai 705 proyek.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 29 Nov 2015, 16:29 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2015, 16:29 WIB
Investasi Teksil Meningkat Saat Ekonomi Lesu
Pekerja garmen sedang menyelesaikan pekerjaannya,Tangerang, Banten, Selasa (13/10/2015). Industri tekstil di dalam negeri terus menggeliat. Hal ini ditandai aliran investasi yang mencapai Rp 4 triliun (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat bahwa masih adanya minat investasi dari China untuk menanamkan modalnya di sektor tekstil menandakan bahwa Indonesia masih cukup menarik bagi investor yang berminat menanamkan modalnya di sektor padat karya. 

Kepala BKPM, Franky Sibarani menjelaskan, masuknya minat investor China ke sektor tekstil menunjukkan bahwa Indonesia tetap merupakan negara yang menarik. Selain itu tentu saja masuknya investor tersebut dapat membantu upaya pemerintah untuk mendorong penciptaan lapangan kerja.

“Tercatat dari sektor tekstil minatnya US$ 8 juta. Kami akan berusaha keras untuk mengawal agar minat ini terealisasi karena ada potensi cukup besar industri tekstil dan produk tekstil (TPT) China akan melakukan relokasi. Identifikasi minat ini menunjukkan Indonesia masih potensial untuk investasi padat karya, bersaing dengan negara ASEAN lainnya, khususnya Vietnam,” ujarnya dalam keterangan resmi pada pers, Minggu (29/11/2015).



Franky mengakui Vietnam merupakan pesaing kuat Indonesia untuk menarik investasi dari sektor TPT. Dari data yang dirilis oleh Financial Times periode 2010-September 2015, tercatat 5 proyek TPT dari China senilai US$ 470 juta diinvestasikan ke Vietnam. Proyek-proyek tersebut tercatat menyerap 12.280 tenaga kerja.

Sedangkan investasi dari China ke Indonesia lebih ke industri logam dan konstruksi. Untuk industri logam, tercatat investasi China meliputi 12 proyek yang diinvestasikan ke Indonesia dengan nilai investasi US$ 5,3 miliar dan menyerap 5.906 tenaga kerja.

“Oleh karena itu, pemerintah berupaya melakukan perbaikan iklim investasi. Salah satunya yang terkait langsung dengan industri padat karya, termasuk TPT, adalah paket kebijakan ekonomi yang memberikan kepastian pengupahan. Isu pengupahan cukup krusial di industri padat karya termasuk TPT,” paparnya.

Menurut Franky, pemerintah yang menetapkan target penciptaan lapangan kerja sebesar 2 juta per tahun terus berupaya untuk memenuhi target tersebut. Sektor padat karya seperti sektor TPT dan alas kaki menjadi salah satu sektor prioritas.

Berdasarkan data BKPM Januari-September 2015, realisasi investasi mencapai Rp 259,7 triliun, naik 16,6 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 343,7 triliun. Jumlah ini memberikan penyerapan tenaga kerja hingga 1.059.734 orang, naik 9,3  persen dari tahun lalu sebanyak 960.336 orang.

Sementara itu, realisasi investasi China secara kumulatif Januari-September 2015, mencapai US$ 406 juta dengan jumlah proyek mencapai 705 proyek. Sedangkan dalam lima tahun terakhir, realisasi investasi China rata-rata tumbuh 66 persen per tahun, dari US$ 174 juta pada tahun 2010 menjadi lebih dari US$ 800 juta tahun lalu.

Selain itu, dari sisi rencana investasi sejak 2010 hingga September 2015 tercatat minat investasi dari China menembus angka US$ 36 miliar. (Fik/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya