Pemerintah Angkat Tangan Soal Pemecatan Pekerja Chevron

Pemecatan karyawan merupakan keputusan korporasi, dan pemerintah tidak bisa intervensi.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 14 Jan 2016, 16:39 WIB
Diterbitkan 14 Jan 2016, 16:39 WIB
Ilustrasi Migas chevron
Ilustrasi Perusahaan chevron

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menyatakan tidak bisa mencampuri keputusan PT Chevron Pacific Indonesia dalam memutus hubungan kerja pekerjanya.

Sudirman mengatakan, akan melakukan konfirmasi terhadap kabar pemecatan karyawan Chevron, untuk menentukan langkah antisipasi pasca pemecatan.

"Kami akan mendengar dulu apa yg terjadi di lapangan. Kami lakukan antisipasi apa. Ini kan terjadi di seluruh dunia," kata Sudirman, di Jakarta, Kamis (14/1/2016).

Menurut Sudirman, pemecatan karyawan merupakan keputusan korporasi, dan pemerintah tidak bisa intervensi atas keputusan tersebut. "Itu kan tindakan korporasi, Chevron. Kami tidak bisa ikut campur," tegasnya.

Sudirman mengungkapkan, yang hanya bisa dilakukan pemerintah adalah meredam dampak pemecatan tersebut dari sisi sosial. "Pemerintah hanya bisa antisipasi dampak sosial yang mugkin terjadi. Aspek sosial lain," ujarnya.

Ia menambahkan, yang dilakukan Chevron merupakan bentuk efisiensi perusahaan dalam menyikapi penurunan harga minyak dunia. Namun hal tersebut tidak akan berdampak pada penurunan produksi minyak.

"Yang saya pahami, mereka bukan menurunkan target, tapi efisiensi. Memotong yang bisa dihemat dengan satu catatan target tetap dilakukan," tutup Sudirman.

Sebelumnya, Indonesian Petroleum Association (IPA) ‎telah memperkirakan ada pengurangan tenaga kerja pada sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) karena anjloknya harga minyak dunia.

Presiden IPA Craig Stewart mengatakan harga minyak d‎unia diperkirakan masih di bawah level US$ 100 per barel dan akan terus berlanjut. "Rendahnya harga minyak diperkirakan berlanjut yang disebabkan kelebihan pasokan‎," katanya.

Direktur IPA Sammy Hamzah‎ menambahkan kondisi tersebut akan berdampak pada pengurangan pekerja, khususnya pekerja yang bekerja di bagian eksplorasi, yang berstatus kontrak dan subkontraktor.

"Tapi saya tidak pungkiri akan ada pelepasan karyawan dalam waktu ke depan, bahkan sudah terjadi sekarang. Bidangnya itu pertama eksplorasi. Kedua, sifatnya suportif, misal yang dua orang jadi satu orang," tutur Sammy.

Sammy menuturkan pekerja eksplorasi mengalam‎i pengurangan karena perusahaan hulu migas sedang mengurangi kegiatan eksplorasi seiring penurunan harga minyak dunia.

"Di perusahaan minyak yang pertama dikurangi eksplorasi. Korelasi dengan Indonesia, di satu pihak pemerintah bilang problem eksplorasi‎," ujar Sammy. (Pew/Gdn)


**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya