Strategi Commonwealth Life Dongkrak Kinerja

Commonwealth Life Indonesia menargetkan premi naik 60 persen dalam tiga tahun ke depan.

oleh Agustina Melani diperbarui 21 Jan 2016, 16:32 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2016, 16:32 WIB
Ilustrasi Asuransi (iStockphoto)
Ilustrasi Asuransi (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Commonwealth Life optimistis pertumbuhan kinerja perusahaan 2016 bakal lebih baik jika dibandingkan dengan 2015. Hal itu didukung dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan penambahan distribusi pemasaran asuransi.

Direktur Alternative Distribution Channels Commonwealth Life, Pieter Wattimena menuturkan, Realisasi kinerja perusahaan hingga kuartal III 2015 kemarin, perseroan membukukan aset Rp 6,7 triliun, premi sebesar Rp 1,3 triliun, klaim Rp 771 miliar, dan hasil investasi sebesar Rp 880 miliar.

Sedangkan dalam rencana kerja perusahaan untuk tiga tahun ke depan atau untuk periode 2016 hingga 2019, perusahaan menargetkan pertumbuhan aset naik 33 persen, premi tumbuh 60 persen, klaim asuransi 28 persen, dan pendapatan hasil investasi bisa meningkat 132 persen.

Commonwealth Life memiliki sejumlah strategi untuk mencapai target tersebut. Pertama, menambah jumlah agen asuransi. Saat ini perseroan memiliki sekitar 5.000 agen yang tersebar di beberapa kota-kota di Indonesia. 

Namun untuk strategi ini, Commonwealth Life Indonesia tidak akan agresif. Pieter menuturkan, pihaknya kini lebih memperhatikan kualitas agen karena juga terkait biaya rekrutmen.

"Tahun ini kami akan menambah 1.000 agen. Kami menambah agen tidak hanya sekadar angka tetapi juga kualitas karena cost of doing. Bila rekrutmen tetapi tiga bulan tidak berkualitas untuk apa," tutur Pieter.

Meski pemasaran asuransi dari alternative distribution semakin berkembang selama lima tahun terakhir, Pieter menuturkan agen asuransi juga tidak dapat ditinggalkan. Saat ini pemasaran produksi asuransi lewat alternative distribution sekitar 60 persen hingga 70 persen.

"Kami sudah memiliki 21 partner untuk bankassurance. Dari alternative distribution itu sekitar 80 persen dari bank dan sisanya multifinance," kata dia.

Kedua, Pieter mengatakan pihaknya menambah partner untuk pemasaran mengingat perkembangan alternative distribution semakin meningkat. Penambahan pemasaran produk asuransi itu juga tak hanya dari bank dan multifinance atau perusahaan pembiayaan tetapi juga bisa dari industri penerbangan dan telekomunikasi.

Rencananya perseroan menambah dua partner pada 2016. Akan tetapi, di awal tahun 2016, Commonwealth Life mendapatkan tiga partner antara lain Adira Finance, Bank QNB dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom). Saat ini pihaknya sedang memproses kerja sama itu di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). "Kalau berjalan baik diharapkan maksimal April sudah bisa," kata Pieter.

Ia menambahkan, produk asuransi yang akan dipasarkan lewat kerja sama itu tergantung dari lembaga keuangannya. Produk yang akan ditawarkan lewat Adira maka memasarkan produk credit life. Misalkan kalau ada asuransi rumah juga ditawarkan asuransi jiwanya. Sedangkan bank QNB menawarkan produk unitlink.

"Kalau kerja sama dengan Telkom dengan memasarkan risk product karena tidak boleh jual produk investasi lewat telemarketing. Karena kalau ada unsur investasinya perlu face to face," jelas Pieter.

Ketiga, perseroan juga akan membuat produk-produk yang inovatif terutama paling dibutuhkan oleh masyarakat. Pieter mengatakan, produk inovatif tersebut juga perlu memperhatikan kebutuhan masyarakat Indonesia. Misalkan salah satu membuat produk mikro yang murah meriah. Produk tersebut diharapkan dapat menjangkau lapisan masyarakat di kalangan bawah.

Keempat, perseroan juga meningkatkan teknologi informasi. Mengingat peran teknologi informasi mempunyai peran sangat kuat di industri keuangan baik bank dan asuransi. Akan tetapi, Pieter menuturkan hal itu perlu juga memperhatikan regulasi.

"Digital world sebagai solusi terbaik untuk nasabah dan perusahaan. Seperti bank yang branchless, dan asuransi juga tidak memiliki kantor cabang lagi. Jadi membayar polis tidak usah datang lagi ke kantor cabang," kata Pieter.

Pieter menuturkan, saat ini pihaknya juga sedang proses untuk meningkatkan teknologi informasi. "Kami sedang proses automation underwriting. Kami sudah jalankan mulai 2015," kata dia. (Ahm/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya