Ini 2 Perusahaan Otomotif Besar yang PHK Karyawan

kedua perusahaan asal Jepang ini melakukan pemutusan hubungan kerja dengan alasan efisiensi biaya produksi.

oleh Septian Deny diperbarui 04 Feb 2016, 17:10 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2016, 17:10 WIB
20150901-Ratusan Buruh Mulai Kuasai Kawasan Patung Kuda-Jakarta
Ratusan buruh tampak berkumpul di sekitar kawasan Patung Kuda, Jakarta, Selasa (1/8/2015). Mereka menuntut pemerintah menghentikan gelombang PHK yang mengancam akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah menyasar industri elektronik, Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) memperkirakan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) selanjutnya akan terjadi pada industri otomotif.

Presiden KSPI Said Iqbal menyatakan, ada dua produsen otomotif besar yaitu Astra Honda Motor dan Yamaha Indonesia yang mulai melakukan pengurangan tenaga kerja. Menurut dia, kedua perusahaan asal Jepang ini melakukan pemutusan hubungan kerja dengan alasan efisiensi biaya produksi.

"Untuk ‎Astra Honda Motor lebih ke komponen motor Honda-nya, sekarang banyak karyawan kontrak yang tidak diperpanjang masa kerjanya, karena bisa juga itu dilakukan PHK," ujarnya di Jakarta, Kamis (4/2/2016).

 

Sementara untuk Yamaha, lanjut Said, produsen otomotif dengan lambang garpu tala saat ini juga tengah melakukan pengurangan tenaga kerjanya secara bertahap. Namun dia mengaku belum tahu secara pasti jumlah pekerja yang terkena PHK.

"Sama juga (seperti Astra Honda), Yamaha juga sama (melakukan PHK pekerjanya). Akan tetapi, dalam hal ini intinya di industri otomotif, karyawan kontrak yang telah habis masa kontraknya tidak akan dilanjutkan," kata dia.

Sebelumnya, Said mengatakan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) jilid II pada tahun ini sudah mulai terjadi. Setelah sebelumnya, hal ini terjadi di sektor pertambangan dan elektronik, maka gelombang PHK jilid II akan menyasar sektor otomotif termasuk industri komponennya.

‎Said menjelaskan, gelombang PHK ini terjadi lantaran adanya penurunan penjualan otomotif seperti sepeda motor dan mobil. Penurunan penjualan ini turut mempengaruhi industri komponen di dalam negeri.

Sebagai contoh, penjualan sepeda motor pada periode Januari-Juli 2015 hanya sebesar 3,59 juta unit. Padahal pada periode yang sama di 2014, penjualannya mencapai 4,73 juta unit. Ini berarti terjadi penurunan sekitar 24 persen.

"Potensi PHK akan terjadi di industri komponen otomotif dan sepeda motor. Penjualan sepeda motor contohnya, makin menurun,"‎ kata dia.

Dia mengungkapkan, PHK ini bukan terjadi pada karyawan tetap, akan tetapi pada pekerja kontrak. Said bahkan memperkirakan jumlahnya bisa mencapai ribuan orang.

‎"Ini bukan terjadi pada karyawan tetap, tetapi di karyawan kontrak. Biasanya kalau kontraknya habis, itu diperpanjang. Tetapi hari ini ketika pekerja sepeda motor, pekerja komponen, pekerja elektronik kontraknya sudah habis, dia tidak diperpanjang. Itu potensi PHK, jumlahnya bisa sampai puluhan ribu," jelasnya.‎

Selain gelombang PHK pada sektor otomotif, Said juga menyatakan gelombang PHK juga masih akan terjadi di sektor pertambangan. Hal ini salah satunya disebabkan oleh harga komoditas pertambangan yang anjlok seperti minyak bumi, batubara dan lain-lain.

"Industri perminyakan juga. Seperti ada perusahaan minyak dunia AS di Balikpapan, sekarang sudah PHK 10 persen pekerjanya, sekitar 200 orang. Kemudian Chevron juga. Jadi gelombang PHK jilid II sudah terjadi," tuturnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya