Penyelesaian Pembangunan Pabrik Indo Rama di RI Tercepat

Pembangunan pabrik benang di Subang menghabiskan investasi US$ 40 juta.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 10 Feb 2016, 19:33 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2016, 19:33 WIB
Investasi Teksil Meningkat Saat Ekonomi Lesu
Pekerja memotong pola di pabrik Garmen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Subang - Manajemen PT Indo-Rama Synthetics Tbk‎ menyatakan senang atas beroperasinya pabrik benang di Subang, Jawa Barat pada Rabu (10/2/2016).

Bagaimana tidak, untuk perluasan pabrik ini perseroan hanya memakan waktu selama 7 bulan. Pemimpin Perusahaan Grup Indorama Sri Prakash Lohia ‎bahkan menyebut, pembangunan pabrik ke sembilan ini salah satu yang tercepat di dunia.  

"Ya dari 40 tahun, ini paling cepat, 7 bulan selesai. Negara mana di luar negeri yang bisa bikin secepat ini," kata dia di Subang, Rabu (10/2/2016).

Pabrik benang di Subang ini menghabiskan investasi sebesar US$ 40 juta dengan 40 ribu mata pintal. Kapasitas produksi mencapai 10.800 metrik ton per tahun.

Tenaga kerja yang diserap sebanyak 270 karyawan. Dia mengatakan produk dari Indo-Rama sebagian besar dipasarkan ke luar negeri dengan porsi 74 persen. "Ekspor ke 80 negara, saya kira sudah banyak," ujar dia.
‎

Dia menuturkan, perseroan memiliki total 370 ribu mata pintal dengan pabrik tersebut. Kapasitas produksi mencapai 80 ribu metrik ton per tahun.

"Total 370 ribu mata pintal. Jumlah produksi sekitar 80 ribu ton benang pintal. Di sini dan di Jatiluhur," kata dia.

Meski begitu, dia menuturkan pabrik tersebut menggunakan teknologi tinggi. Jadi, pabrik Subang tidak begitu banyak menyerap tenaga kerja lantaran sebagian besar produksi dikerjakan secara otomatis.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengatakan, pihaknya memfokuskan industri manufaktur yang memiliki 4 kriteria. Kriteria tersebut yakni sektor padat karya, bahan baku, berorientasi ekspor, dan hilirisasi.

Pihaknya mengaku, dalam mendorong investasi tidak hanya memperhitungkan daya serap tenaga kerja melainkan juga daya saing industri.

"Tak cukup dengan hanya menyerap tenaga kerja juga meningkatkan daya saing industri, industri kan hulu hilir. Hilir kan garment, hulu adalah ini kalau dalam satu rangkaian bukanya hanya hulunya dapat benefit kalau seperti ini akan lebih kuat," tutur Franky. (Amd/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya