Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro meminta kepada masyarakat mengubah pemikiran soal investasi keuangan. Selama ini masyarakat lebih banyak memilih menyimpan dana dalam bentuk deposito di bank sebagai investasi. Akibatnya perbankan berlomba-lomba memberikan bunga dengan deposito yang tinggi untuk menarik minat nasabah.
Kompetisi antar bank dalam mematok bunga deposito tersebut sangat berdampak kepada biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh bank. Dengan memberikan bunga deposito tinggi maka bank harus mengeluarkan dana lebih besar. Tentu saja hal tersebut pada ujungnya berdampak pada suku bunga kredit.
"Pemerintah ingin supaya jangan mematok dengan bunga tinggi. Kalau masyarakat mau return (imbal hasil) yang tinggi jangan dari bank, ya investasi (reksadana, pasar modal, obligasi). Ini kita mulai dari pemerintah pusat dan daerah," ujarnya diJakarta, Kamis (18/2/2016).
Baca Juga
Dia mencontohkan, anggaran pemerintah daerah (pemda) banyak disimpan di berbagai bank. Bank tersebut bukan hanya bank pembangunan daerah (BPD) saja namun juga bank umum lainnya. Alasannya, pemda mencari bank yang memberikan bunga tinggi.
"Jumlah dana pemda di sektor perbankan, tidak hanya di BPD, yang di BPD hanya 30 persen. 70 persen tersebar di bank lain. Alasannya tidak lain yaitu bunga," kata dia.
Oleh sebab itu, Bambang berharap, baik pemerintah pusat, pemda dan masyarakat untuk mengubah pola pikir terkait keuntungan yang didapat dari bunga bank. Sudah saatnya masyarakat mencari model investasi lain jika ingin mendapatkan untung.
"Jadi harus diubah pola pikirnya. Jangan hidup semata-mata dari bunga bank. Ini tidak akan menggerakkan investor, selama kita hanya jadi deposan saja," tegas dia.
Selain itu, Bambang juga meminta perbankan untuk menetapkan bunga depositnya terlalu tinggi. Dia berharap perbankan tetapkan tingkat bunga yang wajar sesuai dengan ketentuan.
"Tingkat bunga ya yang wajar saja. Paling tidak di atas inflasi, atau tidak jauh dari overnight Bank Indonesia. Ini pendidikan yang bagus, bagi bangsa Indonesia, supaya ketika tahu tingkat bunga perbankan tidak menjanjikan tingkat bunga, mereka mulai berpikir untuk obligasi, reksadana, pasar modal," tandas dia. (Dny/Gdn)