Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) diingatkan untuk berhati-hati dalam menerapkan perubahan mekanisme pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Direktur Eksekutif Refomainer Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, Pertamina perlu mempertimbangkan risiko arus kas perusahaan sebelum menerapkan perubahan sistem pembelian BBM.
"Saya kira Pertamina perlu lebih hati-hati dengan pola atau kebijakan yang baru," kata Komaidi, saat berbincang dengan Liputan6.com, di Jakarta, Jumat (19/2/2016).
Advertisement
Komaidi mengungkapkan, karena tidak ada uang tebusan dari pengusaha SPBU untuk BBM yang dikirim, akan berpengaruh pada arus kas perusahaan. Jadi risiko tersebut berupa keterlambatan arus kas.
Baca Juga
"Intinya jangan sampai ini berdampak pada arus kas perusahaan. Jika memang tidak berdampak ke arus kas silahkan saja dilakukan," tutur Komaidi.
Komaidi mengaku sepakat dengan rencana Pertamina tersebut yang bisa menciptakan efisiensi. Lantaran ‎stok BBM Pertamina bisa langsung disimpan dalam tangki yang tersedia di SPBU dan tidak perlu lagi menyewa tangki penyimpanan.Namun masih ada risiko keterlambatan arus kas.
"Nanti menghemat biaya sewa kalau pembayarannya lambat juga tetap ada risiko untuk perusahaan. Jadi perlu lebih cermat dalam hal ini," ujar Komaidi.
Pertamina berencana mengubah mekanisme penyalu‎ran BBM ke SPBU untuk meningkatkan stok BBM pertamina.
Senior Vice President Fuel Marketing and Distribution Pertamina Iskandar mengatakan, perubahan mekanisme terbut berupa perubahan pola beli pada titik serah (konsinyasi) BBM, yang sebelumnya dibeli SPBU dari Pertamina, menjadi Pertamina menitipkan BBM tersebut ke SPBU. Kemudian SPBU membayar BBM sesuai penjualan ke Pertamina.
‎
"Nah kita sedang menuju ke program konsinyasi atau call signment. Ke depan kan pengusaha gak perlu beli BBM ke kita (Pertamina)," ujar ‎Iskandar.
Perubahan mekanisme tersebut akan diujicobakan dalam waktu dekap pada 5 SPBU di Jakarta. Tujuan perubahan mekanisme tersebut untuk‎ meningkatkan kapasitas stok Pertamina karena BBMnya telah tersimpan langsung di SPBU dan lebih menjamin usaha SPBU karena tidak perlu modal membeli BBM.
"Dari pada beli atau sewa tangki timbun mending seperti ini. Mending di end atau dekat dengan consumer karena lebih muurah ketimbang sewa," kata Iskandar.
Pertamina akan memanfaatkan teknologi informatika melalui fasilitas ‎Radio Frequency Identification (RFID) yang telah dipasang pada SPBU, untuk mencatat penyaluran BBM dari Petamina ke SPBU, dari SPBU ke konsumen.
"Monitoringnya ya pakai itu. Kalau sudah instal semua, ya akan diberlakukan.Nanti akan ada modifikasi sedikit dari perangkat RFID yang sudah terpasang untuk upaya monitor. Nanti kita roll out kalau sudah matang banget," kata Iskandar. (Pew/Ahm)