Dibayangi Data Ekonomi, Rupiah Turun Tipis ke 13.085 per Dolar AS

Dolar AS bergerak di kisaran Rp 13.065-13.101 pada perdagangan Selasa pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Mar 2016, 12:40 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2016, 12:40 WIB
20160104- Tahun 2016 Rupiah Sulit Menguat-Jakarta-Angga Yuniar
Petugas merapikan uang di Kantor Kas Bank Mandiri, Jakarta, Senin (4/1/2016). Nasib rupiah di tahun 2016 sulit menguat di tengah tingginya permintaan dollar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah melemah tipis pada perdagangan Selasa pekan ini seiring pelaku pasar mengantisipasi kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) dan rilis neraca perdagangan Indonesia.

Mengutip laman Bloomberg, Selasa (15/3/2016), dolar Amerika Serikat (AS) menguat 14 poin menjadi Rp 13.071 dari penutupan perdagangan kemarin di level Rp 13.057. Kini posisi dolar AS berada di kisaran Rp 13.085. Dolar AS bergerak di kisaran Rp 13.065-13.101 pada perdagangan Selasa siang ini.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) rupiah melemah 67 poin ke level 13.087 per dolar AS pada Selasa pekan ini dari posisi kemarin di kisaran 13.020

Analis PT Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova menuturkan, pelaku pasar mengantisipasi rapat bank sentral AS terkait kebijakan suku bunga. Akan tetapi, sentimen itu tidak terlalu memengaruhi lantaran nilai tukar rupiah masih bergerak di kisaran 13.050-13.100 per dolar AS.

"Rupiah masih akan volatile tetapi sedikit melemah. Perkembangan hasil pertemuan bank sentral AS tidak terlalu signifikan," tutur Rully saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, pelaku pasar juga mencermati rilis neraca perdagangan. Diperkirakan ada kemungkinan surplus meski kecil. Rully menuturkan, bila neraca perdagangan Indonesia surplus maka ada peluang penguatan rupiah.

Di sisi lain, Rully mengatakan cadangan devisa pada Februari naik menjadi US$ 104,54 miliar juga dapat menjadi sentimen positif. Rully menilai, saat ini isu sudah bergeser dari kondisi kebijakan suku bunga bank sentral AS menjadi perkembangan ekonomi Indonesia. (Ahm/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya