12 Buah Lokal Ini Siap Bersaing di Pasar Internasional

Lima buah komersial yang potensial untuk dikembangkan adalah lengkeng, jambu biji, buah naga, kelapa hijau dan kopyor, serta asam Jawa.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 09 Mei 2016, 18:07 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2016, 18:07 WIB
Kontes Durian pada Durian Fair 2016 di Jakarta
Kontes Durian pada Durian Fair 2016 di Jakarta

Liputan6.com, Jakarta - Tim inisiator ‎program Gerakan Revolusi Oranye merekomendasikan 12 buah lokal yang akan didorong untuk berkompetisi di pasar internasional dan menjadi produk unggulan di pasar dalam negeri.

Ketua tim inisiator Program Gerakan Revolusi Oranye yang juga menjabat sebagai Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Herry Suhardiyanto ‎mengatakan, Indonesia memiliki sumber daya alam dan kapasitas produksi yang sangat potensial, untuk mengembangkan buah lokal.

"Dengan keunggulan komparatif dan kompetitif yang tinggi, untuk memproduksi dan memasok secara konsisten dan berkesinambungan produk-produk buah nusantara berkualitas tinggi, bernilai tambah, dan kompetitif untuk pasar domestik dan internasional," kata Herry, di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Senin (9/5/2016).

Menurut Herry, Tim Inisiator Revolusi Oranye telah merekomendasikan untuk memusatkan perhatian pada 12 komoditas buah utama dan 5 buah potensial dari sekitar 60 jenis buah nusantara. Semua buah-buahan ini akan dikembangkan secara komersial untuk tujuan pasar ekspor dan substitusi impor.

12 buah komersial utama tersebut adalah jeruk terutama jeruk keprok dan jeruk Bali, durian, mangga, manggis, alpukat, nanas, rambutan, salak, pisang, pepaya, melon dan semangka.

Sedangkan lima buah-buahan komersial yang potensial untuk dikembangkan adalah lengkeng, jambu biji, buah naga, kelapa hijau dan kopyor, serta asam Jawa.‎

Herry Suhardiyanto mengatakan, gerakan tersebut muncul dari keprihatinan adanya impor buah, padahal Indonesia negeri yang memiliki keanekaragaman hayati dan tanah yang subur.

‎Melalui gerakan tersebut, perkebunan buah akan ditata, tanaman buah yang ditanam akan disesuaik dengan kondisi alam di wilayah tersebut, selain itu juga memperbaiki bibit sehingga menghasilkan buah dengan kualitas baik.

‎"Selama ini menanam buah secara tersebar pohonya satu dibeli bibit buah dimana tidak tau asal usulnya, setelah bertahun hasilanya, sulit penetrasi pasar karena kualistas tidak konsisten karena itu kita foskuskan," tutup Herry.

Untuk diketahui, Revolusi Oranye merupakan buku yang berisi pemikiran dan gagasan dalam meningkatkan konsumsi buah lokal Indonesia, sekaligus strategi pengembangan industri buah tersebut.

Oleh Presiden Joko Widodo pun mendukung konsep Revolusi Oranye yang diusung IPB. Dalam festival bunga dan buah nusantara yang digelar Institut Pertanian Bogor (IPB) di Bogor, Jawa Barat, pada November 2015 lalu, Jokowi mengatakan bahwa peningkatan produksi dan konsumsi buah dalam negeri sangat penting.

"Revolusi Oranye gerakan IPB. Memang kita butuh gerakan revolusioner, gerakan yang bertujuan tingkatkan produksi dan kualitas bunga dan buah nusantara," tegas Jokowi, di Bogor, Sabtu (28/11/2015).

Jokowi menuturkan bila Revolusi Oranye berhasil dijalankan, maka buah-buahan Indonesia bisa menjadi komoditas ekspor dan mampu memperbaiki neraca perdagangan. Ia juga mengajak agar masyarakat lebih mengonsumsi buah produksi dalam negeri, ketimbang buah impor.

"Kita bisa jadi produsen buah dan bunga yang baik, bisa jadi komoditas ekspor. Jangan terbalik-balik, kita sekarang banyak makan buah impor, kebalik-balik kita. Jeruk impor, anggur impor, apa lagi yang impor? Apel impor. Durian impor. Kenapa saya ulang ini? Karena banyak buah kita makan itu impor," papar Jokowi. 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya