Pertamina Fokus Jajaki Kerja Sama dengan Perusahaan Rusia

Rosneft, perusahaan minyak terbesar di Rusia menjajaki kerja sama pembangunan kilang minyak di Tuban.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 19 Mei 2016, 20:52 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2016, 20:52 WIB
20150920- Terminal Suplay Point Pelumas Pertamina-Batakan
Pekerja menata drum berisi pelumas oli di Terminal Suplay Point (TSP) dan Distribusi Pelumas Pertamina di Batakan, Kalimantan Timur, Minggu (20/9/2015). TSP ini mampu menampung sebanyak 8.000 drum dan 820.000 Liter pelumas.(Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) memantapkan penjajakan kerja sama dengan perusahaan energi Rusia Rosnef, dengan mengunjungi fasilitas pengolahan minyak (kilang) Tuapse di Rusia.

‎Kunjungan ke kilang minyak Tuapse yang dikelola oleh Rosneft dilakukan Menteri BUMN Rini Soemarno bersama Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto dan Direktur Pengolahan Pertamina Rahmad Hardadi.

Delegasi Indonesia berkunjung ke Rusia dalam rangkaian rencana kerja sama strategis Pertamina dan Rosneft. Dalam kunjungan ke Kilang Tuapse yang merupakan fasilitas kunci di sektor migas Rusia tersebut, delegasi ditemani oleh Chairman of the Management Board Rosneft Igor Sechin.

"Kunjungan ini merupakan bagian dari pengembangan rencana kerja sama RI-Rusia, khususnya antara Pertamina dan Rosneft di sektor migas," kata Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro,  dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (19/5/2016).‎

Kilang Tuapse memiliki kapasitas 240 ribu barel per hari dengan produk berstandard Euro 4 dan Euro 5.


Selain ke kilang Tuapse, Menteri BUMN, Dirut Pertamina, Direktur Pengolahan Pertamina beserta anggota delegasi lainnya berkunjung ke fasilitas terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) bawah laut di Tuapse yang memiliki kapasitas transhipment sekitar 17 juta ton BBM per tahun.

Rosneft, perusahaan minyak terbesar di Rusia tengah menjajaki kerja sama pembangunan kilang minyak di Tuban, Jawa Timur bersama dengan investor lain. Perusahaan tersebut juga menawarkan bisnis lain kepada PT Pertamina (Persero) untuk ekspansi di Rusia.

Dwi Soetjipto mengatakan, pihaknya tengah melakukan pendalaman dengan calon partner pembangunan kilang minyak di Indonesia, yakni Rosneft. Pendalaman tersebut, Ia menuturkan, menyangkut isu-isu untuk mempercepat realisasi pembangunan kilang di Tuban.

 "Rosneft produsen crude terbesar di dunia dan calon partner, tapi kita mesti butuh pendalaman lagi misalnya tingkat keekonomian, financing, mekanisme joint venture-nya seperti apa," ujar Dwi saat ditemui usai pertemuan.

Rosneft merupakan satu di antara enam perusahaan calon investor proyek kilang minyak di Tuban. Lima lainnya adalah Saudi Aramco (Arab Saudi), China National OffshoreOil Corporation (CNOOC), Kuwait Petroleum International, PTT GC Thailand dan Thai Oil.

"Pendalaman ini kita lakukan supaya jangan sampai nanti sudah diumumkan pemenang, tapi setelah itu perjalanannya tidak sesuai. Karena Timur Tengah juga punya kapabilitas besar untuk proyek ini," jelas Dwi.

Mantan Direktur Utama PT Semen Indonesia Tbk mengakui, rencana bisnis Rosneft untuk pembangunan kilang sudah sesuai dengan strategi Pertamina. Namun Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Migas terbesar itu harus mempertimbangkan kepentingan Pertamina dan negara supaya lebih diuntungkan dengan kerja sama ini.

"Rosneft akan mensuplai komoditas (crude) ke Pertamina, dan menawarkan Pertamina mengembangkan bisnis upstream di Rusia. Karena selama ini kita sudah impor minyak dari Rusia tapi lewat trader di Singapura, kalau ini bisa impor langsung akan lebih kompetitif," papar dia.  

Sementara soal insentif pembangunan kilang, Dwi mengatakan, Rosneft sejauh ini belum meminta fasilitas insentif kepada pemerintah. "So far, tidak minta insentif," ucap Dwi.

Dalam kesempatan sama, Menteri ESDM Sudirman Said mengaku senang lantaran Pertamina memperoleh tawaran kerja sama pembangunan kilang dari perusahaan minyak Rusia.

"Rosneft perusahaan minyak kuat di dunia. Urusan kilang bisa masuk ke hulu, dan di tempat lain. Kita ingin ada partnership lebih luas, ingin ada mutual benefit, dan mempertajam kerja sama business to business (B to B)," ujar Sudirman.

Sudirman menuturkan, Pemerintah selalu memberi kesempatan investor dari mana pun untuk menanamkan modal membangun kilang di Indonesia, ‎sehingga tidak bergantung pada satu negara.

"Tidak boleh ketergantungan pada satu negara saja. Kita welcome saja. Siapapun yang memnuhi syarat-syarat memberi manfaat lebih baik bagi Pertamina dan negara akan kita,"‎ tutur Sudirman.

Sudirman melanjutkan, perusahaan minyak asal Rusia tersebut memang masuk dalam kualifikasi calon investor yang akan membangun kilang, saat ini keterlibatannya sedang dalam pertimbangan menjadi rekanan PT Pertamina (Persero).

"Saya mendengar dari Pertamina sudah ada proses seleksi di depan. Rosneft masuk dalam short list dalam prefer dan sedang dipertimbangkan," ujar Sudirman‎. (Pew/Ahm)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya