SKK Migas Bantah Eksplorasi Minyak dan Gas di Natuna Mandek

Berdasarkan arahan Presiden Joko Widodo, sektor migas menjadi salah satu andalan untuk mengembangkan wilayah Natuna.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 14 Jul 2016, 17:47 WIB
Diterbitkan 14 Jul 2016, 17:47 WIB
20160629-Kepulauan-Natuna-Jakarta-Jokowi-FF
Presiden Joko Widodo bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam rapat terbatas yang digelar di Kantor Presiden Komplek Kepresidenan, Jakarta, Rabu (29/6). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - ‎Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) membantah ada 15 pemegang konsesi migas di Natuna yang menghentikan kegiatan pencarian (eksplorasi) migas.

Wakil Kepala SKK Migas Zikrullah mengatakan, semua perusahaan pemegang konsesi di Natuna‎ tetap menjalankan kegiatan eksplorasi migas. Namun, memang ada yang belum maksimal dalam melakukan kegiatan eksplorasi.

"Semua pada jalan kok, Santos di Ande Ande Lumut jalan. Tapi memang masih ada blok-blok lain yang aktivitas belum maksimum," kata Zikrullah, di Kantor SKK Migas, Jakarta, Kamis (14/7/2016).

Zikrullah mengungkapkan, berdasarkan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), sektor migas menjadi salah satu andalan untuk mengembangkan wilayah Natuna. Cara yang diambil dengan memaksimalkan kegiatan sektor migas di‎ wilayah tersebut.

"Jadi sekarang mencari cara bagaimana meningkatkan aktivitas migas di sana.  Bukan mandeg. Ada 15 PSC yang sudah masuk ke sana. Kemarin pak Jokowi sendiri bilang akan memfokuskan untuk perikanan dan migas," ujar Zikrullah.

Dari sektor migas yang akan dijadikan adalan‎ adalah pengembangan lapangan migas Natuna D Alpha, saat ini sedang dilakukan kajian untuk menarik investor mengembangkan lapangan tersebut, salah satu pilihannya adalah dengan memberi insetif fiskal.

"Nah yang kemarin jadi concern pemerinah itu di Alpha. Itu kan masih kajian. Nah, sekarang gimana bisa mendorong sehingga investor yang berminat bisa segera realisasikan proyek," tutur Zikrullah.

Sebelumnya, Menteri Kordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengatakan, ada 15 pemegang konsesi yang menghentikan kegiatan pengembangan mencari sumber gas atau eksplorasi di Natuna. Hal tersebut disebabkan oleh anjloknya harga minyak dunia.

"Wilayah laut Natuna kaya sekali dengan sumber daya minyak bumi dan gas alam ada 15 konsesi mandek sebagian mandek karena harga crude oil rendah," kata Rizal.

‎Rizal melanjutkan, Pemerintah akan mencabut konsesi yang menghentikan kegiatannya, kemudian konsesi tersebut akan ditawarkan ke perusahaan yang serius dan memiliki kemampuan melakukan pencarian gas di Natuna. Jika harga minyak dunia kembali naik, akan meningkatkan gairah kegiatan eksplorasi.

 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya