Kesan Bos BEI Terhadap Sosok Ekonom Sjahrir

Sjahrir memiliki banyak mimpi tentang Indonesia, di mana dia menginginkan Indonesia yang tanpa perbedaan.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 28 Jul 2016, 10:31 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2016, 10:31 WIB
20160118--Investor-Tidak-Takut-Jakarta-AY
Direktur Utama BEI, Tito Sulistio memberikan keterangan kepada wartawan terkait respon BEI Terhadap Terorisme , di BEI, Jakarta, Senin (18/1). Tito menjelaskan para investor tetap bertahan di perdagangan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio memiliki kesan sendiri terhadap sosok ekonom Dr Sjahrir.

Bagi Tito, Sjahrir bukan hanya seorang pelaku usaha namun seorang pemikir. Sebab Sjahrir memiliki banyak mimpi tentang Indonesia, di mana dia menginginkan Indonesia yang tanpa perbedaan.

"Dia (Sjahrir) selalu bicara efisiensi. Dia punya dream, Indonesia adil, makmur, tidak ada perbedaan, tidak ada rasis. Walaupun gue nggak pernah dengar untuk menjadikan itu bagaimana," kata Tito dalam acara Seminar dan Pameran Buku Pikiran Ekonomi Politik Dr Sjahrir Relevansinya Sekarang dan Masa Datang di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (28/7/2016).

Tito menambahkan, Sjahrir merupakan sosok yang menghibur. Dalam setiap pembicaraannya selalu menawarkan ‎topik yang menarik.

"‎Selain itu dia entertainer yang menarik. Sjahrir kalau bicara menyenangkan buka data, fakta. Bicara depan BUMN hajar swasta, di swasta hajar BUMN. Begitu keluar tadi ngomong apa," canda Tito.

Dia kembali menuturkan jika Sjahrir memiliki mimpi yang besar untuk Indonesia. "‎Dia punya dream untuk Indonesia sejahtera, perfect, tapi konsep utama dia Indonesia ‎produktif dan efisien," tandas dia.

Dr. Sjahrir atau yang akrab disapa Ciil dikenal sebagai seorang aktivis, ekonom hingga akademisi. Semasa hidupnya, Pria kelahiran  Kudus, 24 Februari 1945 ini mendedikasikan diri untuk negeri tercinta.

Ciil ikut aktif di berbagai gerakan sosial politik sejak duduk di bangku kuliah. Bahkan, alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini pernah dijebloskan ke penjara dalam peristiwa Malari pada 1974.

Kala itu, Sjahrir bersama rekan-rekannya memprotes kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan peran investasi asing di Indonesia.

Setelah keluar dari penjara, Sjahrir mendapatkan beasiswa dan melanjutkan kuliah Universitas Harvard. Usai meraih gelar doktor, suami dari Kartini Panjaitan ini membagi ilmunya dengan menjadi dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Bersama rekan-rekannya, Sjahrir mendirikan Insititute for Economic and Financial Research (Ecfin). Dia juga telah menulis puluhan buku buah pemikirannya di bidang politik dan ekonomi.

Berkat kepiawaannya di bidang ekonomi, Sjahrir didapuk sebagai Penasihat Ekonomi Presiden di era Susilo Bambang Yudhoyono.

Kiprahnya di dunia politik juga tak terhenti. Sjahrir mendirikan Partai Perhimpunan Indonesia Baru pada 2002 dan memimpin partai tersebut hingga akhir hayatnya.

Pada 28 Juli 2008, sang ekonom handal menghembuskan nafas terakhirnya di Singapura. Sewindu berlalu, kenangan akan Sjahrir masih sangat melekat di ingatan sang istri, Kartini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya