Kantong Plastik Berbayar Ancam Pertumbuhan Industri Kimia

Pertumbuhan industri kimia nasional mengalami banyak tantangan pada tahun ini.

oleh Septian Deny diperbarui 28 Jul 2016, 20:18 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2016, 20:18 WIB
Pemerintah Siap Terapkan Kantong Plastik Berbayar
Konsumen membawa barang yang telah dibeli menggunakan kantong plastik di salah satu mini market di Pasar Baru, Jakarta, Senin (22/2). Pemerintah mulai menguji coba penerapan kantong plastik berbayar di ritel modern. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan industri kimia nasional mengalami banyak tantangan pada tahun ini. Hal tersebut setelah pemerintah mengeluarkan kebijakan kantong plastik berbayar di ritel-ritel modern.

Direktur Eksekutif Federasi Industri Kimia ‎Indonesia Suhat Miyarso mengatakan, pada tahun ini, industri kimia ditargetkan mampu tumbuh sebesar 6 persen. Target tersebut dicanangkan seiring dengan asumsi pertumbuhan ekonomi nasional yang berkisar antar 5,2 persen-5,4 persen.

"Serta dengan iklim usaha yang kondusif, dan tekanan perlambatan ekonomi dunia dapat dikendalikan," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (28/7/2016).

Namun target pertumbuhan tersebut berpotensi meleset. Pasalnya, banyak tantangan yang harus dihadapi oleh sektor industri ‎kimia pada tahun ini.

"Tantangan industri kimia saat ini masih sangat besar dan diperparah dengan kebijakan yang kontraproduktif terhadap industri kimia, seperti penerapan kantong plastik berbayar," kata dia.

Seperti diketahui, produk kantong plastik merupakan salah satu produk akhir dari industri ini. Selain kebijakan tersebut, masih ada kebijakan lain yang juga berpotensi mengganggu pertumbuhan industri kimia yaitu rencana pengenaan cukai kemasan plastik serta harga gas industri yang juga belum mengalami penurunan.

"Serbuan barang impor berkualitas rendah dan harga murah juga merupakan tantangan nyata di pasar dalam negeri," lanjut dia.

Suhat mengungkapkan, selain pada industri kimia, hambatan-hambatan tersebut ‎akan berdampak pada sub sektor industri lain seperti industri plastik dan kemasan yang akan berimbang pada industri makanan dan minuman.

Selain itu juga pada sub sektor industri keramik dan kaca lembaran, sub sektor industri serat sintetis, sub sektor industri karung dan terpal plastik, sub sektor industri pupuk, sub sektor industri sarung tangan dan alas kaki, sub sektor industri mainan dan lain-lain.

Untuk mengantisipasi  hal ini, Suhat menghimbau para pelaku industri kimia untuk terus melakukan efisiensi dan inovasi. Selain itu juga melakukan pengembangan produk serta mencari terobosan-terobosan guna menjaga kinerja industri kimia Indonesia, dengan memanfaatkan sumber daya dalam negeri.

"Salah satu terobosan yang bisa diangkat adalah bio refinery dan karet yang saat ini masih belum ditangani dengan baik," tandas dia. (Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya