Antam Cetak Laba Rp 11 Miliar

Pada semester 1 2016, penjualan bersih Antam tercatat senilai Rp 4,16 triliun dengan komoditas emas menjadi kontributor terbesar.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 31 Agu 2016, 16:41 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2016, 16:41 WIB
Pada semester 1 2016, penjualan bersih Antam tercatat senilai Rp 4,16 triliun dengan komoditas emas menjadi kontributor terbesar.
Pada semester 1 2016, penjualan bersih Antam tercatat senilai Rp 4,16 triliun dengan komoditas emas menjadi kontributor terbesar.

Liputan6.com, Jakarta - PT Antam (Persero) Tbk mampu membukukan laba Periode Berjalan Yang Dapat Diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk sebesar Rp 11 miliar pada Semester 1 tahun 2016. Capaian Laba ini merupakan peningkatan signifikan jika dibandingkan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk sebesar Rp 396 miliar pada Semester I tahun 2015.

Direktur Utama Antam Tedy Badrujaman mengatakan, dengan tantangan volatilitas harga komoditas di semester 1 2016, pihaknya telah mengambil kebijakan optimalisasi kinerja operasional dan inovasi pada upaya-upaya perolehan pendapatan kunci agar arus kas perusahaan tetap sehat. "Selain itu, program-program penghematan biaya juga menjadi prioritas utama," kata Tedy, Rabu (31/8/2016).

Dengan adanya peningkatan harga komoditas saat ini, Tedy optimistis untuk dapat memberikan tingkat profitabilitas dan imbal hasil yang baik kepada pemegang saham di tahun 2016.

Pada semester 1 2016, penjualan bersih Antam tercatat senilai Rp 4,16 triliun dengan komoditas emas menjadi kontributor terbesar dengan kontribusi 68 persen atau Rp 2,84 triliun.

Feronikel menjadi kontributor terbesar kedua penjualan bersih Antam dengan nilai Rp 950 miliar atau 23 persen dari total penjualan. Di semester awal tahun ini, Antam menjual 5.392 kg emas, sementara volume penjualan feronikel tercatat sebesar 8.092 ton nikel dalam feronikel (TNi)

Semester 1 2016, seiring dengan perkembangan industri smelter nasional dan adanya permintaan bijih nikel domestik, Antam telah melakukan penjualan bijih nikel untuk memenuhi kebutuhan bahan baku smelter nikel pihak ketiga.

Ditegaskan Tedy, Antam berharap produksi dan penjualan bijih nikel akan dapat lebih ditingkatkan. Sejalan dengan peningkatan volume produksi bijih nikel Antam untuk keperluan smelter pihak ketiga di dalam negeri, maka harga jual bijih nikel Antam akan semakin kompetitif dan akan semakin menguntungkan bagi smelter-smelter di dalam negeri.

Dengan jumlah cadangan dan sumber daya nikel sejumlah 988,30 juta wet metric ton (wmt) berdasarkan Competent Person Report per 31 Desember 2015, jumlah keseluruhan cadangan dan sumber daya nikel yang dimiliki Antam dapat menunjang rencana pengembangan bisnis dan operasi jangka panjang Perusahaan. Selain itu, Antam mampu untuk mensuplai seluruh smelter yang ada di dalam negeri.

Dalam bisnis emas yang memberikan kontribusi terbesar pendapatan Perusahaan, Antam tengah mengembangkan pasar ekspor emas untuk meningkatkan pendapatan perusahaan. Beberapa pasar yang tengah dijajaki diantaranya Malaysia, Singapura, Uni Emirat Arab dan beberapa negara Afrika.

Terkait perkembangan proyek pertumbuhan, konstruksi Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) terus berjalan dengan baik setelah proses rights issue di akhir tahun 2015. Sementara itu, progres Proyek Perluasan Pabrik Feronikel Pomalaa (P3FP) yang akan selesai di tahun 2016 sudah mencapai 99,69 persen. P3FP akan meningkatkan kapasitas produksi feronikel dari 18.000-20.000 TNi menjadi 27.000-30.000 TNi per tahun.

Untuk kemajuan Proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR), Antam terus melanjutkan diskusi dengan PT Inalum (Persero) dan mitra strategis. Sebelumnya Antam dan PT Inalum (Persero) telah sepakat untuk membentuk perusahaan patungan, PT Inalum Antam Alumina guna pengembangan Proyek SGAR. Dalam Proyek Anode Slime & Precious Metal Refinery (PMR), Antam juga masih melanjutkan diskusi dengan PT Freeport Indonesia dan PT Smelting.‎ (Yas/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya