Mentan Bakal Manfaatkan Jalur Tikus Perbatasan buat Pintu Ekspor

Jalur tikus perbatasan akan digunakan untuk mengirim produk-produk hasil pertanian dari daerah perbatasan.

oleh Septian Deny diperbarui 16 Sep 2016, 11:25 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2016, 11:25 WIB
Mentan: Operasi Pasar Untuk Perbaiki Rantai Pasokan
Menteri Amran Sulaiman saat acara Fokus Group Diskusi mengenai kesiapan bahan pokok menjelang Hari Raya.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman meminta para petugas penjaga perbatasan Indonesia untuk membuka kembali jalur-jalur tikus yang selama ini menjadi jalan masuknya produk-produk selundupan ke Indonesia. Pasalnya jalur-jalur tersebut nantinya akan digunakan untuk mengirim produk-produk hasil pertanian dari daerah perbatasan.

Amran mengungkapkan, selama ini jalur-jalur tersebut dijaga dengan ketat oleh TNI dan polisi Indonesia. Namun hasilnya masih saja ada produk-produk selundupan yang masuk ke Indonesia.

"Kita ingin menutup lubang-lubang tikus ini dengan produksi. Kalau dengan polisi pasti tetap tembus. Jadi harus dilawan dengan produksi," ujar dia dalam Rapat Koordinasi Kabupaten/Kota Perbatasan 2016 di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Jumat (16/9/2016).

‎Dengan rencana pengembangan pertanian di daerah perbatasan, maka jalur-jalur tikus tersebut akan digunakan bagi Indonesia untuk mengirim produk hasil pertanian ke negara-negara tetangga Indonesia. Salah satu pertanian yang akan dikembangkan yaitu yang bersifat organik.

"Tahun depan jalur tikus itu digunakan dari Indonesia ke negara lain. Misalnya di Kepulauan Riau tahun depan tidak ada lagi beras selundupan yang masuk, tapi dari Indonesia ke negara lain, berasnya organik," kata dia.

Amran mencontohkan,‎ Singapura bisa menjadi negara sasaran ekspor produk-produk organik ini dari wilayah Kepulauan Riau. Pemerintah juga membantu soal anggaran untuk pengembangan produk-produk ini.

"Singapura ada pasar 5 juta orang, hanya jalan dipikul sudah bisa ekspor. Semua transmigrasi di perbatasan kami bangun lahannya. Kita selesai persoalan lahan, hanya butuh Rp 20 miliar-Rp 30 miliar," ‎ungkap dia.

Dengan pengembangan pertanian organik di daerah perbatasan ini, lanjut Amran, bukan hanya akan menutup jalur-‎jalur tikus tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut.

"Jangan membangun tanpa organik, dari perbatasan ada organik, stempelnya organik, itu mimpi kami. Lawan dengan produksi. Berikutnya kesejahteraan meningkat, kita sudah ekspor meningkatkan devisa. Kalau ekspor lewat jalur tikus tidak tercatat, ya tidak apa-apa tapi ada uangnya kan? Aku butuh uangnya, tidak tercatat sekali-sekali tidak apa-apa," tandas dia.(Dny/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya