KEIN Ungkap Sebab Turis Asing Enggan Kembali Usai Berwisata di RI

Malaysia sudah lebih maju dari Indonesia terkait masalah industrialisasi di sektor pariwisata‎.

oleh Septian Deny diperbarui 05 Okt 2016, 12:46 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2016, 12:46 WIB
Gawean Anak Muda #1000SBIT Guncang Pariwisata Indonesia
Anak muda Indonesia makin peduli dengan pariwisata tanah airnya dengan menggelar Festival Pariwisata Ter-Akbar.

Liputan6.com, Jakarta Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) menyatakan pengembangan industrialisasi di sektor pariwisata Indonesia belum dilakukan secara baik. Hal ini yang membuat pertumbuhan sektor pariwisata berjalan lambat.

‎Ketua KEIN Soetrisno Bachir‎ mengatakan, selama ini Kementerian Pariwisata (Kemenpar) yang ditugaskan untuk mengembangkan sektor tersebut lebih banyak melakukan promosi destinasi-destinasi wisata. Namun, mereka belum banyak membangun industri yang pengembangan di destinasi wisata tersebut.

‎"Sekarang yang dilakukan Kemenpar lebih ke iklan, promosi, tapi belum industrialisasikan. Ini dibahas di sidang kabinet," ujar dia dalam Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Roadmap Industrialisasi 2045 Bidang Pariwisata di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (5/10/2016)‎.

Sebagai contoh, para wisatawan asing yang berkunjung ke Bali selalu ingin kembali lagi ke Pulau Dewata tersebut. Namun, hal ini tidak terjadi di destinasi wisata lain seperti Borobudur.

"Turis kalau datang Bali, mereka mau balik lagi. Tapi yang datang ke Borobudur tidak mau lagi balik, karena tidak ada proses industrialisasi," kata dia.

Menurut Soetrisno, Malaysia sudah lebih maju dari Indonesia terkait masalah industrialisasi di sektor pariwisata‎. Untuk menarik wisatawan asing agar mau datang berkali-kali ke Malaysia, pemerintahnya membuat program industrialisasi pariwisata untuk menarik para wisatawan tersebut.

"Kalau di Malaysia, ada suatu program industrialisasi di bidang pariwisata. Contoh, mereka punya strategi menarik wisatawan Timur Tengah dengan program Middle East Season‎, di situ ada sajian bernuansa Timur Tengah, termasuk mereka bikin tulisan-tulisan Arab‎," tandas dia.(Dny/Nrm)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya