Liputan6.com, Jakarta - Anda pastinya sudah tidak asing lagi dengan nama Warren Buffett dan Bill Gates. Keduanya merupakan jajaran tiga besar orang terkaya di dunia. Tapi Anda pasti belum terlalu akrab dengan Amancio Ortega. Pria asal Spanyol pemilik merk fesyen Zara ini termasuk ke dalam trio terkaya di dunia.
Bahkan kekayaan Ortega telah jauh melampaui Warren Buffet, sehingga menempatkannya di belakang Bill Gates. Buffet dikenal sebagai pembicara ulung sehingga sering tampil di media. Sedangkan Gates merupakan guru bisnis dengan kisah kesuksesan yang selalu ditunggu.
Advertisement
Baca Juga
Namun Ortega justru terkesan menghindari media di saat kekayaannya tumbuh hingga US$ 77 miliar. Tidak hanya itu saja, dia juga memiliki toko retail yang tersebar di 100 negara berbeda dan menjadi pemilik merk Massimo Dutti dan Pull & Bear.
Anda yang berprofesi sebagai entrepreneur dapat mengambil pelajaran lewat perjalanan sukses Amancio Ortega berikut ini yang dihimpun dari biografi dan berbagai wawancara dikutip dari CekAja.com:
Pelajaran pertama: kecepatan adalah segalanya
Saat Ortega mendirikan Zara di tahun 1975, dia sampai harus terjungkal demi mendapatkan stok pakaian terbaru bagi Zara. Strategi Ortega adalah untuk mengganti koleksi Zara setiap seminggu dua kali.
Kecepatan telah menjadi ciri khas dari bisnis Ortega. Sesuatu yang tidak dimiliki oleh pesaingnya. Di saat sebuah dress yang dipertontonkan di ajang Fashion Week baru ada di department store beberapa bulan kemudian, Zara sudah menjualnya dengan model persis sama seminggu kemudian. (Baca juga: Kekayaan Sejumlah Miliarder Dunia Turun. Ini Penyebabnya)
Pelajaran kedua: terobsesi dengan keinginan konstumer
"Pelangganlah yang menggerakkan bisnis,” tulis Ortega dalam laporan tahunan Inditex tahun 2009. Dan dia secara konsisten menjalankan prinsip ini.
"Pelanggan harus terus menjadi prioritas dan perhatian utama, baik dalam proses pembuatan koleksi busana dan desain toko, sistem logistik, dan kegiatan lainnya."
Produk-produk Zara lahir dari pengamatan apa yang konsumen pakai dan mendengarkan apa yang mereka ingin pakai. Zara tidak menyetok persediaannya berdasarkan katalog fashion show, namun perusahaan melacak fesyen blogger dan mendengarkan pelanggan sebagai gantinya. Hal ini memungkinkan Zara untuk menyesuaikan diri dengan tren sesuai musim.
Namun prinsip ini rupanya tidak disetujui oleh CEO Amazon Jeff Bezos. Pada 2015, Bezos menulis surat kepada pemegang saham Amazon yang bunyinya: "Banyak perusahaan yang berfokus pada pelanggan, tapi bagi perusahaan teknologi, fokus pada kompetitor lebih penting.
Perusahaan teknologi melihat apa yang orang lain lakukan, dan kemudian bekerja cepat untuk mengikuti apa yang kompetitor lakukan.”
Ketersediaan
Pelajaran ketiga: mengontrol ketersediaan
Di saat perusahan fesyen lain memproduksi pakaiannya di China karena upah buruh yang murah; Zara, Massimo Dutti dan Pull&Bear konsisten meproduksi produknya di Spanyol, Portugal, dan Mariko. Desain karya Ortega dibuat di pabriknya sendiri dan dijaghit oleh penjahit lokal.
Cara ini membuat perusahaannya cepat tanggap terhadap tren terbaru. Inilah mengapa stok di toko-toko milik Ortega benar-benar produk yang diincar kostumer sehingga jarang tersisa.
Pelajaran keempat: Jangan jadi kacang lupa kulit
Ortega bukan berasal dari keluarga kaya. Dia putus sekolah sejak usia 14 tahun untuk bekerja. Ayahnya merupakan pekerja kereta api dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Ibunya pernah diusir oleh seorang pramuniaga toko karena ingin berutang demi membeli kebutuhan keluarga.
Ortega tetap mempertahankan gaya hidup sederhana. Pria berusia 80 tahun ini berbaur dengan pegawainya di kantor pusa Inditex di kota kelahirannya La Coruna. Meski sudah berusia lanjut, dia masih bekerja. Dia tidak pernah lelah meladeni ide-ide baru dari pegawainya.
Pelajaran kelima: Tidak pernah berhenti berinovasi
“Hal terburuk yang bisa melemahkan seseorang adalah rasa bepuas diri,” kata Ortega, “karena sukses bukan jaminan. Aku tidak pernah membiarkan diriku puas dengan apa yang telah kulakukan, dan aku selalu mencoba menanamkan hal ini pada setiap orang di sekitarku."
Karena menurutnya, ketika seseorang berpuas diri, orang tersebut akan berhenti berinovasi. "Jika Anda ingin berinovasi, jangan berfokus pada hasil." (Baca juga: Kalau Kamu Mau Kaya Seperti Miliarder Dunia, Ini Target yang Harus Dicapai)
Advertisement