Liputan6.com, Jakarta Perusahaan PT HM Sampoerna Tbk terus berupaya memasok bahan baku tembakau dan cengkeh dari petani lokal. Kali ini, caranya perusahaan membentuk kemitraan bernama Sistem Produksi Terpadu (Integrated Production System/IPS).
Presiden Direktur Sampoerna Paul Janelle mengatakan, dukungan Sampoerna terhadap pemerintah dilakukan melalui investasi jangka panjang di sektor agro-industri dalam mendukung pertumbuhan ekspor dan peningkatan ekonomi Indonesia.
“Kami berkomitmen untuk menjalankan kondisi usaha yang efisien dan ramah lingkungan demi menjaga lingkungan masyarakat terutama di wilayah yang menjadi pusat bisnis kami,” kata Paul, Jumat (14/10/2016).
Advertisement
Baca Juga
Manager Leaf Agronomy Sampoerna, Bakti Kurniawan menyatakan program kemitraan yang dijalankan Sampoerna ini berlangsung secara berkesinambungan dimulai pada 2009.
IPS dijalankan melalui kontrak kerja sama dimana para petani mendapatkan pendampingan pertanian, akses permodalan, sarana dan prasarana pertanian, serta jaminan akses pasar yang sangat diperlukan oleh petani.
Mereka juga mendapatkan informasi dan bimbingan mengenai Praktik Pertanian yang Baik (Good Agricultural Practices – GAP) untuk meningkatkan kualitas, efisiensi, produktivitas, serta penghasilan yang diterima dari panen tembakau. Dengan sendirinya, kesejahteraan para petani juga akan membaik.
Program kemitraan ini pun sudah dijalankan di beberapa kota penghasil tembakau di Indonesia seperti di Jawa Timur yakni Madura, Jember, Bondowoso dan Lumajang serta wilayah sekitar Jawa Tengah yakni Rembang, Wonogiri, dan Purwodadi. Pada awalnya, program ini diikuti sekitar 5 ribuan petani. Kini, lebih dari 27 ribu petani mengikuti program kemitraan ini.
Selain bertujuan meningkatkan produktivitas, salah satu target pencapaian dari program kemitraan ini adalah membuat proses pekerjaan yang dilakukan para petani menjadi efisien.
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) mendukung penuh program kemitraan pertanian yang berkelanjutan serta menitikberatkan pada kesejahteraan petani.
Melalui sistem ini, Sampoerna melalui para pemasoknya memperkenalkan dan menerapkan sistem produksi tembakau yang produktif, berdaya saing, efisien, sekaligus menjaga dan meningkatkan kondisi lingkungan.
Kepala Subdit Tanaman Semusim dan Rempah Kementan Iswanto mengatakan, program kemitraan semacam ini menjadi cara yang efektif dalam meningkatkan produktivitas pertanian.
“Permasalahan di pertembakauan adalah produktivitas yang rendah serta tata niaga yang kurang baik. Hal itu dapat terselesaikan (dengan adanya program kemitraan),“ kata Iswanto, Kamis (13/10/2016).
Program yang dijalankan Sampoerna juga dinilai sejalan dengan salah satu Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2015-2019, yaitu mewujudkan produk pertanian yang berkelanjutan serta menitikberatkan pada kesejahteraan petani.
Iswanto menuturkan, berdasarkan hasil rekapitulasi Kementerian Pertanian, sebanyak 14 provinsi penghasil tembakau di Indonesia masih memiliki produktivitas di bawah 1 ton per hektare. Angka ini termasuk di bawah rata–rata produksi optimal. Dengan adanya kemitraan, ada peningkatan produksi tembakau secara signifikan.
“Jadi, ini yang perlu kita support karena bagaimanapun seperti tahun ini, dengan kualitas yang kurang bagus, kemudian berimbas pada harga jual, maka biaya produksi (para petani) tidak tertutup. Dengan adanya kemitraan-kemitraan ini, kami berharap petani tidak mengalami kerugian,“ tambah dia.