Kaleidoskop Bisnis Maret: Kisah Saldo Nasabah Mendadak Rp 100 T

Dia kaget bukan kepalang, saldo tabungannya mendadak bertambah hingga Rp 100 triliun.

oleh Zulfi Suhendra diperbarui 22 Des 2016, 08:15 WIB
Diterbitkan 22 Des 2016, 08:15 WIB
Rekening Bank
(Foto: Rekeningbank.blogspot)

Liputan6.com, Jakarta - "Mimpi apa Aku semalam?". Mungkin itu yang dipikirkan Tomedy, warga Pelelawan, Riau. Dia kaget bukan kepalang, saldo tabungannya mendadak bertambah hingga Rp 100 triliun.

Tomedy tak bisa menyembunyikan rasa kagetnya. Dia ingat betul, saldo tabungan di rekening Bank Mandiri miliknya tak lebih dari Rp 500 ribu, tapi setelah dia melakukan transaksi, uangnya bertambah hingga Rp 100 triliun. Sontak berita ini ramai diperbincangkan pada Maret lalu.

Kejadian bermula saat dirinya berniat menyetorkan uang Rp 250 ke rekeningnya pada Selasa, 8 Maret 2016 sekitar pukul 14.00 WIB.

Dia pun mendatangi Kantor Bank Mandiri yang berada di samping Mapolsek Pangkalan Kerinci. Karena pelayanan sibuk, dia kemudian masuk ke ATM yang berada di sebelah kantor tersebut.

Tomedy mengambil uang pecahan Rp 50 ribu sebanyak 5 lembar dari dompetnya dan memasukkan ke mesin setoran tunai. Pria yang berprofesi sebagai wartawan ini pun pulang ke rumahnya tanpa mengecek struk transaksinya.

"Di rumah, saya kemudian melihat struk tadi. Saya kaget begitu melihat nilai rekening saya mencapai Rp 999 juta lebih," katanya.

Tak percaya dengan peristiwa yang dialaminya, Tomedy kembali mengecek saldo melalui SMS Banking Mandiri.

Diapun kaget sejadi-jadinya. Layar telepon genggamnya menunjukkan nominal berbeda dengan ada yang di struk. Jika sebelumnya nyaris mencapai Rp 1 miliar lebih, kali ini berlipat ganda hingga mencapai Rp 100 triliun.

Hal ini tentu saja membuat dirinya tidak tenang. Pada Kamis, 10 Maret 2016, dia mendatangi Kantor Cabang Perwakilan Mandiri di Pangkalan Kerinci di Jalan Lintas Riau-Jambi.

Diapun minta penjelasan kepada Customer Service Bank Mandiri terkait apa yang dialaminya.

"Katanya baru kali ini terjadi seperti itu. Mereka juga tidak tahu bagaimana itu bisa terjadi dan dari mana asal uangnya," sebut Tomedy kala itu.

Bukan Pertama Kali


Bukan Pertama Kali

Kejadian yang dialami Tomedy bukan pertama kalinya terjadi. Pada Agustus 2015, nasabah Bank Mandiri cabang Bengkulu kehilangan uang sebesar Rp 49 juta dari rekening tabungannya.

"Saya biasa bertransaksi melalui sms banking dan saat cek saldo, uang saya berkurang Rp 49 juta," kata Firdaus, nasabah Bank Mandiri yang sudah melaporkan kasus ini ke Polda Bengkulu, seperti mengutip Antara.

Ia mengatakan, hilangnya uang dari rekening tabungan terjadi pada 15 Juni lalu, saat melakukan transaksi non tunai yakni mentransfer dana sebesar Rp 8 juta.

Setelah transaksi, ia justru mendapat laporan keberadaan arus transaksi dari rekeningnya ke rekening bank lain yakni BTN sebesar Rp 49 juta. Dana tersebut dikirim ke seorang pemilik rekening BTN bernama Ristomatila yang berdomisili di Bali.

"Padahal saya tidak pernah mengenal orangnya dan tidak pernah transfer dana itu," tegas dia.

Mengetahui kejanggalan tersebut, Firdaus langsung menghubungi pihak bank Mandiri dan melaporkan kejadian itu.

Memang usai melaporkan kejadian tersebut, dana sebesar Rp 49 juta kembali masuk ke rekeningnya. Namun sayang, dana tersebut tak bisa ditarik.

Keganjilan terjadi saat memeriksa saldo melalui sms banking, Firdaus justru menemukan dana sebesar Rp 100 triliun terdapat dalam rekeningnya.

Klarifikasi Bank Mandiri

Penjelasan Bank Mandiri

Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas menjelaskan, kejadian itu terjadi pada rekening yang tengah diblokir pihak bank. Dia menuturkan,‎sebenarnya deretan angka 9 hingga nominalnya mencapai triliunan tersebut‎ diawali dengan tanda minus (-). Hal ini wajar terjadi pada rekening yang tengah diblokir oleh pihak bank.

‎"Sebenarnya tidak ada yang janggal. Itu sebenarnya minus tak terhingga, itu jadinya -99999 sampai memenuhi digit yang memungkinkan. Hal ini terjadi kalau rekening tersebut dalam posisi terblokir‎," ujarnya saat dikonfirmasi.

Dia juga mengakui hal itu bukan pertama kali terjadi. Pasalnya setiap nasabah yang rekeningnya diblokir pasti mengalami hal yang sama. Namun biasanya nasabah tersebut langsung melaporkan kepada pihak bank dan mendapatkan penjelasan apa yang sebenarnya terjadi.

"Mungkin tanda negatifnya tidak tertera jelas, sehingga tidak kelihatan. Kalau diblokir pasti begitu dari sistemnya seperti itu. Masak muncul tulisan diblokir, kan enggak enak juga. Biasanya nasabah langsung lapor, nanti kita jelaskan," kata dia.

Mengenai latar belakang Bank Mandiri melakukan blokir terhadap rekening atas nama Tomedy ini, Rohan menyatakan tidak bisa menjelaskan secara detail karena ini merupakan kerahasiaan nasabah. Sesuai dengan aturan yang berlaku, pihak bank wajib menjaga rahasia nasabahnya.

"Sebelum dia setor uang, rekeningnya sudah terblokir‎. Kalau rekening terblokir untuk masuk (setor uang) kan bisa, yang nggak bisa keluar. ‎Blokir itu dari pihak bank yang s‎edang melakukan investigasi di rekening. Tapi itu rahasia nasabah, yang tidak boleh saya kasih tahu. Dan sampai sekarang blokirnya belum kita buka," ‎ujarnya.

Meski demikian, Rohan memastikan jika proses pemeriksaan terhadap rekening yang bersangkutan telah selesai dilakukan dan tidak menemukan hal yang dianggap bermasalah, maka rekening milik Tomedy ini akan kembali seperti semula.

"Setelah selesai diblokir kembali seperti semula, tidak berkurang atau bertambah. Ini hanya tampilan komputer saja. Jadi itu nggak benar (uangnya sampai Rp 100 triliun). Itu bukan angka uangnya segitu, secara sistem memang kalau diblokir muncul angka seperti itu‎. Nanti kalau tidak ada apa-apa dibuka lagi," ujarnya.

Kesalahan Sistem?


Kesalahan Sistem?

Pengamat Teknologi Informasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Agung Harsoyo menuturkan ada sejumlah kemungkinan terjadi kesalahan dalam transaksi di bank. Ia menyebutkan, pertama kemungkinan keliru sistem engineering dari sisi design awal. Kedua, human error.

"Teknologi itu ada sejumlah aspek bisa dari proses, manusia dan teknologi. Mestinya ada verifikasi dan validasinya," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Jumat pekan ini.

Ia menambahkan, bila terjadi kesalahan program di sistem kemungkinannya kecil. Lantaran kalau terjadi kesalahan program maka sebagian besar nasabah juga dapat mengalami hal sama. "Ini satu orang saja yang mengalami kesalahan ada salah di sistem kemungkinan kecil," ujar dia.

Agung menuturkan, ada juga berkaitan dengan proses bagaimana mekanisme memasukkan suatu transaksi di bank. Karena itu, dalam proses tersebut perlu verifikasi. Kemudian, human error. Agung menuturkan, ada juga kemungkinan human error ketika memasukkan data.

"Ada kaitannya dengan memasukkan data. Kemungkinan ini ada kekeliruan di proses dan people," kata dia.

Melihat ada terjadi beberapa kekeliruan dalam transaksi di bank, Agung menuturkan bank juga melakukan pengecekan dan menyaring dari sisi jumlah.

Selain itu, Agung menambahkan bank juga harus memiliki standard operating procedure (SOP) sistem teknologi informasi dari internal lebih baik untuk mengurangi risiko dan menciptakan nilai lebih baik.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya