Usai Libur Natal, Harga Minyak Naik Tipis

Harga minyak mentah AS untuk pengiriman Februari naik 88 sen atau 1,66 persen dan ditutup di level US$ 53,90 per barel.

oleh Arthur Gideon diperbarui 28 Des 2016, 06:00 WIB
Diterbitkan 28 Des 2016, 06:00 WIB

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah naik tipis pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Investor sedikit meredam transaksi usai libur Natal ini. Sebagian besar pelaku pasar lebih memilih untuk menunggu dan melihat upaya dari produsen minyak dalam menjalankan kesepakatan pengurangan pasokan global.

Mengutip Wall Street Journal, Rabu (28/12/2016), harga minyak mentah AS untuk pengiriman Februari naik 88 sen atau 1,66 persen dan ditutup di level US$ 53,90 per barel. Sedangkan harga minyak Brent, yang merupakan patokan harga global, naik 93 sen atau 1,69 persen ke angka US$ 56,09 per barel.

Mulai Januari atau mulai pekan depan, sebagian besar anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan 11 negara non-OPEC diharapkan bisa menjalankan kesepakatan pengendalian produksi yang telah disepakati pada November kemarin.

Dalam pertemuan tersebut, kesimpulan yang dicapai adalah pengurangan produksi kepada negara-negara produsen minyak untuk memperbaiki harga minyak. Kesepakatan yang diperoleh adalah pengurangan kurang lebih 1,8 juga barel yang akan dilakukan secara bertahap.

"Pelaku pasar masih memanfaatkan momentum hasil pertemuan tersebut sehingga harga minyak terus naik," jelas senior vice president RJ O’Brien Associates, Ric Navy. Ia melanjutkan, pelaku pasar sedang menunggu atau berharap-harap cemas apa yang akan terjadi ke depannya. Apakah memang kesepakatan tersebut berjalan dengan baik.

Harga minyak memang terus terdorong naik sepanjang Desember ini atau usai adanya kesepakatan yang dibuat oleh OPEC dan non-OPEC. Para analis yakin bahwa kenaikan tersebut akan terus berlanjut dan menembus level US$ 60 per barel di semester pertama 2017.

"Pada level ini, sebagian besar pengamat optimistis bahwa negara-negara yang berpartisipasi dalam pertemuan November tersebut akan mematuhi kuota produksi dalam beberapa bulan ke depan," jelas analis komoditas SCI International, Gao Jian.

Namun, masih harus dilihat lebih detail, apakah kepatuhan tersebut akan berlanjut atau bertahan setelah harga minyak merangkak naik. Indikator penting untuk melihat angka produksi tersebut adalah persediaan atau cadangan minyak di masing-masing negara. (Gdn/Ndw)

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya