Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi penurunan signifikan pada impor jagung sepanjang tahun ini. Jika pada 2015 impor jagung mencapai 3,27 juta ton, maka pada tahun ini hingga November tercatat baru sebesar 900 ribu ton.
‎Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadiwibowo ‎mengatakan, sepanjang 2016 impor jagung Indonesia relatif kecil untuk setiap bulannya. Volume impor tertinggi hanya terjadi di awal tahun yaitu pada Januari sebesar 350 ribu ton, Februari 190 ribu ton dan Maret 140 ribu ton.
Sedangkan dari April hingga November, impor komoditas tersebut tercatat di bawah 100 ribu ton per bulannya. Bahkan di November tidak ada impor jagung.
"November hampir nggak ada impor jagung. Jadi impor jagung kita sepanjang 2016 turun signifikan dari bulan ke bulan," ujar dia di Kantor BPS, Jakarta, Kamis (29/12/2016).
Selain itu, jika dilihat per tahun, juga terjadi penurunan volume impor jagung yang signifikan di 2016. Pada 2012 impor jagung tercatat sebesar 1,69 juta ton, kemudian naik menjadi 3,19 juta ton di 2013, sebesar 3,25 juta ton di 2014 dan di 2015 sebesar 3,27 juta ton. Namun pada 2016 impor jagung hanya sebesar 900 ribu ton.
‎"Jadi impor jagung di 2016 turun siginifikan, jauh beda dengan 2015. Pada 2015 impornya jutaan ton, 3,27 juta ton. Tapi sekarang baru 0,9 juta (900 ribu) ton. Mudah-mudahan nggak menyentuh 1 juta ton‎. Jadi sangat berkurang impor jagung kita dari waktu ke waktu," jelas dia.
‎Selain soal impor, BPS juga menyoroti ekspor jagung yang dilakukan oleh Indonesia. Untuk ekspor di tahun ini memang tidak sebesar tahun lalu. Jika ekspor di 2015 mencapai 234,6 ribu ton, di tahun ini hingga November tercatat batu 14,9 ribu ton.
"Jagung ini adalah kebanyakan untuk makanan ternak, walau kita juga makan buat jagung rebus, jagung bakar dan sebagainya. Kita lihat ekspor jagung di 2015, bahkan mendekati 40 ribu ton sebulan (rata-rata). Tapi kemudian kita kurangi ekspornya karena kebutuhan dalam negeri meningkat," tandas dia.(Dny/Nrm)
Â
Baca Juga
Advertisement