Dolar AS Bayangi Gerak Harga Emas Pekan Ini

Data ekonomi AS relatif sepi pada pekan ini. Meski demikian analis menilai dolar AS jadi salah satu sentimen bayangi harga emas.

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Jan 2017, 07:45 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2017, 07:45 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Harga emas diprediksi konsolidasi usai catatkan penguatan secara mingguan. Dolar Amerika Serikat (AS) dan imbal hasil surat berharga AS akan pengaruhi harga emas pada pekan ini.

Sebelumnya harga emas naik hampir dua persen di level US$ 1.173,70 per ounce. Sedangkan harga perak menguat tiga persen ke level US$ 16,50 per ounce.

Pada pekan ini, sepi data ekonomi AS. Namun analis memperkirakan pelaku pasar melihat sejumlah faktor antara lain pergerakan dolar AS dan imbal hasil surat berharga AS. Demikian mengutip laman Kitco, Senin (9/1/2017).

Ole Hansen, Kepala Analis Saxo Bank mengharapkan harga emas dapat kembali menguat di tengah ketidakpastian jelang inagurasi presiden terpilih AS Donald Trump pada 20 Januari 2017. Dia menambahkan, ada sejumlah pertanyaan pelaku pasar mengenai kebijakan Donald Trump. Hal itu dapat membuat investor dan pelaku pasar menjauhi dolar AS, namun pegang emas.

Sementara itu, Analis Senior CMC Markets Canada Colin Cieszynski menuturkan, harga emas akan konsolidasi di kisaran US$ 1.172-US$ 1.200 per ounce. "Penguatan dolar AS sudah selesai. Pasar juga akan hadapi kenaikan suku bunga sekitar empat hingga lima kali pada tahun ini," ujar dia.

Bill Baruch, Analis iiTrader sepakat kalau dolar AS sudah terlalu agresif menguat respons dari kenaikan suku bunga bank sentral AS. Namun, dolar AS akan tertekan, dan berimbas ke harga emas.

Ia menambahkan, ekonomi AS masih diliputi ketidakpastian terutama soal kenaikan suku bunga. Ia memperkirakan bank sentral AS menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun ini. Dengan kondisi pasar ini, Baruch menuturkan, bila harga emas berbalik arah ke US$ 1.150 per ounce maka itu potensi untuk membeli.

Sedangkan dalam survei analis the Main Street, dari 1.007 partisipasi, sekitar 54 persen memprediksi harga emas akan naik, 38 persen memprediksikan harga emas akan tertekan sedangkan sisanya netral.

Phil Flynn, Analis Senior Price Future Group melihat harga emas berpotensi naik. Ia melihat, mata uang china turun dan pemerintah China kontrol aliran dana investor asing akan mendukung permintaan fisik emas. Hal itu dapat membuat harga emas menguat.

Presiden Direktur Phoenix Futures and Options LLC, Kevin Grady juga melihat harga emas akan kembali menguat. Apalagi dolar AS melemah sehingga membawa angin segar untuk harga emas.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya