Harga Emas Menguat 9 Persen Sepanjang 2016

Analis yakin harga emas akan kembali membaik pada 2017.

oleh Agustina Melani diperbarui 31 Des 2016, 07:12 WIB
Diterbitkan 31 Des 2016, 07:12 WIB

Liputan6.com, New York - Harga emas turun pada perdagangan terakhir 2016. Akan tetapi, harga emas menguat secara tahunan dan mingguan.

Harga emas untuk pengiriman Februari diperdagangkan di level US$ 1.157 per ounce, atau naik 2,2 persen sejak pekan lalu. Harga perak untuk pengiriman Maret diperdagangkan di kisaran US4 16.085 per ounce, atau meningkat dua persen pada pekan ini.

Secara tahunan harga emas naik sembilan persen. Sedangkan harga perak menguat 17 persen pada 2016. Sejumlah analis mengingatkan kenaikan di harga logam mulia seiring volume perdagangan tipis menyambut libur akhir tahun.

Analis pun masih optimistis harga emas dapat kembali menguat pada awal Januari 2017. "Harga emas mendapat keuntungan dari pelemahan doalr AS pada pekan ini. Kami mencari tren penguatan untuk berlanjut pada 2017. Harga emas positif pada kuartal pertama sejak 2005, dan kami harapkan kuartal I menunjukkan pertumbuhan ekonomi," tulis analis iiTrader, seperti dikutip dari laman Kitco, Sabtu (31/12/2016).

Menjelang 2017, sejumlah konsensus menyebutkan kalau harga rata-rata minyak di kisaran US$ 1.300 per ounce. Analis menilai, emas potensial sebagai aset safe haven di tengah kondisi geopolitik global tak pasti. Belum terlihat dampak dari proposal fiskal kebijakan Donald Trump dan kebijakan ekonominya. Selain itu, suku bunga global cenderung rendah.

Namun, Jim Wyckoff, Analis Kitco melihat harga emas cenderung netral. "Untuk jangka panjang secara teknikal, harga emas cenderung tertekan pada 2016 secara bulan. Agar harga emas tetap menguat maka harga emas harus didorong di atas level harga 2016 di kisaran US# 1.375. Bila harga emas berada di zona tertekan agar dapat untung dalam jangka panjang maka harga emas harus didorong dari level bawha US$ 1.050," jelas dia.

Pada pekan depan, perdagangan cenderung pendek lantaran ada libur akhir tahun. Namun pelaku pasar akan mulai masuk dan mencermati data ekonomi seperti data tenaga kerja di sektor non pertanian. Selain itu, ada rilis kebijakan bank sentral AS, data manufaktur, dan pekerja sektor swasta.

 

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya