Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi Indonesia pernah stabil tumbuh di atas 6 persen pada kurun waktu 2010-2013. Hanya saja saat itu ekonomi Indonesia tumbuh karena ada comodity booming atau harga komoditas melonjak.
Saat ini, masa itu sudah berakhir. Harga komoditas masih berada di level bawah. Meski begitu, mampukah Indonesia bisa kembali ke masa-masa itu tanpa harus mengandalkan harga komoditas?
Pengamat ekonomi dari PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual memandang hal itu bisa saja terjadi. Hanya saja itu dilakukan penuh dengan tantangan. Dimulai dari tahun ini, dia melihat pertumbuhan ekonomi bisa digenjot hingga di angka 5,3 persen itu sudah cukup maksimal.
"Kalau menurut saya memang banyak tantangan di 2017 ini. Jadi kalau ada pertumbuhan ekonomi hingga 6 persen, itu butuh waktu. Tahun ini maksimal bisa tumbuh 5,3 persen ekonomi kita," kata dia kepada wartawan, Rabu (25/1/2017).
Baca Juga
Setidaknya ada beberapa faktor mengapa Indonesia perlu waktu untuk bisa kembali ke pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen seperti beberapa tahun lalu.
Pertama, dia melihat faktor global salah satu hal yang menjadi penghambat. Kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS) dengan proteksi oleh Donald Trump bisa menjadi ancaman beberapa negara mitranya.
Salah satu yang dikhawatirkan adalah pengaruh terhadap China. Jika China terkena dampak signifikan dari kebijakan Trump maka ini bisa turut mempengaruhi volume perdagangan Indonesia ke China, alhasil pertumbuhan ekonomi sulit ditingkatkan.
Kedua, dari faktor domestik. Beberapa tekanan akan terjadi terhadap inflasi pada 2017. Ini lebih karena akan ada penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan listrik 900 VA yang dicabut subsidinya, cukai rokok, BBM dan beberapa hal lainnya.
"Belum lagi faktor Pilkada, ini menjadikan para investor lebih memilih wait and see sebelum taruh dananya di beberapa daerah di Indonesia," tegas dia.
David melihat, secara rasional dengan didukung beberapa komitmen pemerintah melakukan deregulasi, ekonomi Indonesia bisa tumbuh di atas 6 persen dalam tiga tahun ke depan.
Sebelumnya, Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri memandang ekonomi Indonesia bisa tumbuh hingga 6 persen dalam waktu dekat. Hanya saja untuk mencapai itu ada beberapa persyaratan.
Persyaratan itu diantaranya rasio investasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) harus ada di 37 persen, sedangkan saat ini hanya 32 persen. Selain itu, rasio tabungan terhadap PDB juga harus 34 persen didukung dengan defisi transaksi berjalan berada di level 3 persen. (Yas)
Advertisement