Jokowi: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Termasuk yang Terbaik

Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan berada di atas 5 persen.

oleh Septian Deny diperbarui 25 Jan 2017, 16:57 WIB
Diterbitkan 25 Jan 2017, 16:57 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam dua tahun terakhir termasuk yang terbaik dibandingkan negara-negara lain. Sebagai buktinya, pada tahun lalu pertumbuhan ekonomi Indonesia ‎terbaik ketiga setelah India dan Tiongkok.

‎Jokowi mengungkapkan, ekonomi Indonesia mampu mencapai pertumbuhan yang baik di tengah-tengah melambatnya ekonomi global. Pada tahun lalu, Indonesia ‎masih bisa tumbuh tinggi di mana pada kuartal I sebesar 4,92 persen, kuartal II sebesar 5,18 persen dan kuartal III sebesar 5,2 persen.

"Kalau ekonomi Indonesia bandingkan dengan negara-negara G20, ya kita tidak jelek-jelek amat. Kita nomor tiga, kalah oleh India dan Tiongkok, tapi lebih baik dibanding dengan lainnya. Dan bisa dilihat yang lainnya sudah minus, yang lain turun sangat deras sekali," ujar dia di Istana Negara, Jakarta, Rabu (25/1/2017).

Kemudian dari sisi inflasi, lanjut Jokowi, dalam dua terakhir juga tercatat sangat terkendali. Jika tahun-tahun inflasi bisa mencapai 8,5 persen hingga 9 persen, maka dalam dua tahun terakhir terkendali di bawah 4 persen.

"Inflas kalau kita lihat dua tahun ini sangat baik yang sebelumnya 8,5 persen hingga 9 persen. Sekarang bisa kita tekan jadi tahun 2016 3,02 persen dan 2015 3,35 persen. Artinya masih di bawah 4 persen.‎ Kalau dibandingkan dengan berkembang ekonomi, ada di bawah kita. Yang paling penting kita nggak tekor. Jangan sampai pertumbuhan ekonomi kita 6 persen, tapi inflasinya 9 persen," jelas dia.

Sementara untuk 2017, banyak pihak memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di atas 5 persen. Jokowi menganggap prediksi ini sebagai hal yang positif dan harus menjadi pemacu untuk lebih optimistis.

"Dan pertumbuhan ekonomi 2017 ada yang menyampaikan misalnya Indef 5,5 persen, BI sampai 5,4 persen, Menteri Keuangan 5,1 persen, saya minta naikin 5,3 nggak berani, kalau saya berani. Kemudian Bank Dunia 5,3 persen, ADB 5,3 persen. Artinya apa? di situ kadang kita harusnya ada rasa opsimistis, itu harus ada optimisme‎," ungkap dia,

Namun Jokowi mengingatkan agar optimisme yang dibangun juga berda‎sarkan kondisi yang objektif. Dengan demikian, optimisme tersebut akan berbuah hasil yang positif.

"Kita harus optimis dengan angka-angka yang tadi saya sampaikan. Harus optimistis kalau masih ada yang pesimis, apa lagi? Kerja saja harus pesimis. Saya sampaikan pada menteri, kerja itu harus optimis. Tetapi optomisme yang realistis. Optimisme yang berpijak pada kondisi obyektif‎," tandas dia. (Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya