Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk turut menjaga tingkat inflasi tetap rendah. Sri Mulyani tak ingin inflasi di Indonesia bernasib seperti Zimbabwe.
Sri Mulyani menyatakan, inflasi Indonesia pada tahun lalu yang sebesar 3,02 persen merupakan yang terendah dalam satu dekade terakhir. Namun hal tersebut bukan suatu yang perlu dibanggakan karena itu bisa terjadi di negara-negara lain.
"Inflasi kita termasuk terendah dalam satu dekade ini, tapi kita perlu hati-hati dan rendah hati untuk bisa mengklaim sesuatu. Karena inflasi dunia lagi rendah, itu lumrah," ujar dia di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (22/2/2017).
Advertisement
Menurut Sri Mulyani, inflasi di Zimbabwe dan Venezuela bisa mencapai puluhan persen bahkan ratusan persen. Salah satu sebabnya karena negara mencetak uang terlalu banyak demi memenuhi kebutuhan pembiayaan infrastruktur di dalam negerinya.
"Zimbabwe dan Venezuela yang inflasinya bisa puluhan bahkan ratusan persen. Zimbabwe kalau dia butuh buat bangun LRT, dia cetak uang. Dia butuh apa, dia cetak uang. Ya kalau begitu inflasi. Harga barang pagi hari Rp 100, jam 12 (siang) bisa jadi Rp 500, malam bisa Rp 1.000. Inflasinya bukan 3 persen per tahun, tapi 100 persen per jam, karena uang dicetak banyak," kata dia.
Salah satu cara untuk mengendalikan inflasi di Indonesia, lanjut Sri Mulyani, paling mudah yaitu dengan mengendalikan harga dan pasokan bahan kebutuhan pokok. Hal ini menjadi tugas Kemendag.
"Inflasi dipengaruhi volatile food, itu di Kemendag. Sebenarnya 1 persen inflasi kita bisa turun, maka bisa meningkatkan kemampuan untuk membayar utang pemerintah. Karena kalau inflasi tinggi tidak mungkin suku bunga rendah," tandas dia.