Harga Emas Tertekan Imbas Laporan Data Tenaga Kerja AS

Data tenaga kerja sektor swasta bertambah mendorong spekulasi kenaikan suku bunga AS sehingga menekan harga emas.

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Mar 2017, 06:45 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2017, 06:45 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas melanjutkan penurunan ke level terendah sejak awal Februari. Hal itu didorong kenaikan penciptaan lapangan di sektor swasta pada Februari sehingga tekan harga emas.

Laporan data tenaga kerja itu mendorong harapan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga pada pekan depan.

Harga emas untuk pengiriman April melemah US$ 6,7 atau 0,6 persen ke level US$ 1.209,40 per ounce. Harga perak susut 23,8 sen atau 1,4 persen ke level US$ 17.298 per ounce.

ADP melaporkan data tenaga kerja AS di sektor swasta bertambah 298 ribu pada Februari 2017. Angka ini terbesar sejak April 2014.

"Ini sentimen hangat. Namun biaya unit tenaga kerja dan produktivitas bervariasi.  Jangan lupa kalau masih ada data tenaga kerja sektor non pertanian pada Jumat ini dan pertemuan bank sentral Eropa," ujar Bill Baruch, Kepala Riset iiTrader, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (9/3/2017).

Ia menuturkan, harga emas akan naik jika data tenaga kerja non sektor pertanian meleset. Namun, pelaku pasar diimbau tetap hati-hati usai pertemuan the Federal Reserve pada pekan depan.

Indeks dolar AS menguat juga menekan harga emas. Dolar AS menguat membebani harga emas lantaran lebih mahal bagi pelaku pasar yang menggunakan mata uang non dolar AS.

Selain itu, Analis Senior Kitco.com Jim Wyckoff menilai, penurunan harga minyak capai 5 persen juga beri sentimen negatif ke harga emas.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya