Airnav Siap Aktifkan Jalur Selatan Jawa Buat Pesawat Komersial

Pemerintah berencana mengaktifkan sejumlah bandara di selatan Jawa untuk penerbangan komersial.

oleh Septian Deny diperbarui 10 Mar 2017, 19:12 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2017, 19:12 WIB
Pemerintah berencana mengaktifkan sejumlah bandara di selatan Jawa untuk penerbangan komersial.
Pemerintah berencana mengaktifkan sejumlah bandara di selatan Jawa untuk penerbangan komersial.

Liputan6.com, Jakarta - Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Perum LPPNPI) atau AirNav Indonesia tengah mengejar penyelesaian persiapan penggunaan jalur udara selatan Jawa. Hal ini guna mendukung penerbangan pada bandara-bandara di selatan Jawa yang akan diaktifkan.

Direktur Utama AirNav Indonesia, Novie Riyanto‎ mengatakan, pemerintah berencana mengaktifkan sejumlah bandara di selatan Jawa untuk penerbangan komersial. Sebagai contoh Bandara Purwokerto, Bandara Wiriadinata di Tasikmalaya, Bandara Tunggul Wulung di Cilacap dan Bandara Kulonprogo di Yogyakarta.

"Kami dikejar terus, karena jalur selatan itu akan terkoneksi dengan bandar di selatan, contoh di Purwokerto, Tasikmalaya, Cilacap akan diaktivasi termasuk Yogyakarta baru ini kan semuanya di selatan. Kami kaji bekerjasama dengan TNI AU untuk memecahkan bagaimana menyelesaikan ruang udara," ujar dia di kawasan Kebon Sirih, Jakarta, Jumat (10/3/2017).

Selama ini, jalur selatan banyak digunakan untuk penerbangan militer. Oleh sebab itu, sebelum secara penuh diaktifkan, AirNav Indonesia akan berdiskusi dengan TNI AU agar ruang udara ini bisa digunakan bersama antara kepentingan komersial dan militer.

"Bagaimana kita berkolahborasi dengan sipil dan militer bisa bergantian memakainya. Sehingga bisa manfaatkan maksimal. Itu kan limited resources. Trial-trial sudah beberapa kali dilakukan. Sementara ini sudah disepakati bersama," kata dia.

Novie mengungkapkan, sejauh ini jalur tersebut hampir siap untuk dilewati oleh pesawat komersial. Namun ada sejumlah aturan yang harus diikuti seperti terbang pada jarak 70 mil dari Madiun dan dengan ketinggian di atas 30 ribu kaki.

"Yang selatan itu harus 70 mil dari Madiun. Level itu di atas 30 ribu kaki. Untuk jam, hanya jam-jam tertentu yang bisa dipakai. Dan kita sudah mencoba 70 mil dari Madiun memang terjadi pemborosan fuel. Tapi yang terpenting adalah kemauan dari semua pihak, itu kita sudah sangat kompak," tandas dia. (Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya