Tak Ingin Jakarta Tenggelam, Proyek Tanggul Raksasa Berlanjut

Keputusan untuk meneruskan studi kelayakan proyek tanggul raksasa di laut Jakarta karena pertimbangan lingkungan.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 15 Mar 2017, 10:15 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2017, 10:15 WIB
Tanggul raksasa
Keputusan untuk meneruskan studi kelayakan proyek tanggul raksasa di laut Jakarta karena pertimbangan lingkungan.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) memutuskan melanjutkan kajian proyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD), termasuk pembangunan tanggul raksasa di laut Jakarta. Proyek tersebut sangat penting demi keberlanjutan lingkungan dan supaya Jakarta tidak tenggelam akibat penurunan tanah.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengungkapkan, keputusan untuk meneruskan studi kelayakan atau feasibility study (FS) proyek tanggul raksasa di laut Jakarta karena pertimbangan lingkungan.

"NCICD bukan untuk banjir, tapi untuk lingkungan sehingga mencegah penurunan tanah. Karena semua kota di pesisir, seperti Tiongkok, Tokyo, bahkan sampai New York dan Jakarta turun semua (tanah)," kata dia di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, seperti ditulis Rabu (15/3/2017).

Cara yang bisa dilakukan untuk menghindari hal tersebut, diakui Basuki, menghentikan penyadapan air tanah. Salah satunya dengan menambah jumlah suplai air.

"Penambahan suplai air bisa dari Waduk Jatiluhur, sambil nanti dilihat apakah perlu yang lain di laut utara atau tidak. Jadi perlu studi detailnya," kata dia.

Lebih jauh dijelaskan Basuki, masterplan yang digarap Kementerian PPN/Bappenas mengutamakan pembangunan tanggul raksasa pada pantai sepanjang 120 Kilometer (km). Sementara kewajiban pemerintah atas tanggul ini sepanjang 20 km di Muara Kamal, Pluit, dan Muara Baru.

"Masing-masing sudah dikerjakan 4,5 km, dan nanti akan lanjut terus. Yang sudah dikerjakan sekarang dan harus selesai segera 20 km," katanya.

Studi tanggul raksasa melibatkan Korea Selatan melalui Korea International Cooperation Agency (KOICA) dan Belanda. Ada tugas-tugas yang akan dikerjakan Korea dan Belanda untuk kajian ini.

"Belanda akan mempelajari kelembagaan dan skema pembiayaan, mana bagian pemerintah dan swasta. Sedangkan pihak Korea mendetailkan studi untuk tanggul raksasa di laut. Studi detailnya apakah rencana 17 pulau reklamasi dimasukkan program ini atau tidak atau hanya pulau yang dibangun sekarang. Itu masih studi," papar Basuki.

Dia menargetkan, pembangunan tanggul raksasa di pantai utara Jakarta harus rampung pada 2019. Sementara detail desain proyek tanggul raksasa membutuhkan waktu hingga dua tahun. "Ini sekarang ada masterplan dari Bappenas. Kalau yang tanggul pantai 2019 selesai, sementara detail desainnya mungkin 1-2 tahun," tandas Basuki. (Fik/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya