Liputan6.com, Jakarta - Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) memutuskan membagi 20 persen dari laba bersih atau sekitar Rp 523,78 miliar sebagai dividen. Sisanya, sebesar 80 persen Rp 2,09 triliun sebagai laba ditahan.
Jika dibanding dengan bank pelat merah lain, porsi dividen paling rendah. Sebut saja, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) membagi 35 persen dari laba bersih sebagai dividen. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar 40 persen, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar 45 persen.
Direktur BTN Iman Nugroho Soeko mengatakan, porsi dividen yang diberikan kepada pemegang saham memang usulan manajemen ke Kementerian BUMN. Perseroan mematok angka itu lantaran mematok pertumbuhan tinggi pada tahun ini. Jadi butuh kecukupan modal yang besar.
Advertisement
Baca Juga
"Pertama kita memang mengusulkan 20 persen dan 20 persen itu diterima BUMN. Kenapa, kita bilang punya target pertumbuhan relatif paling tinggi di antara bank BUMN 21-23 persen loannya. Perlu kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) yang memadai," kata dia usai RUPST di Jakarta, Jumat (17/3/2017).
Dia mengatakan, karena mengincar target pertumbuhan tinggi maka imbal hasil yang diberikan juga tinggi. BTN sendiri, lanjut dia berhasil mencetak return on equity (ROE) sampai 18,3 persen pada 2016.
"Dan pemegang saham daripada itu diambil tak menghasilkan return lagi lebih baik ditaruh di BTN," ujar dia.
Atas pembagian dividen 20 persen ini, maka CAR perseroan akan turun 0,6 persen. Posisi CAR di akhir tahun lalu sebesar 20,3 persen.
Iman menambahkan, dengan pembagian dividen serta ekspansi yang bakal dilakukan, perseroan akan menjaga CAR 17,5 persen sampai akhir tahun.
"Dengan kita melakukan ekspansi kredit nanti itu nanti dia akan turun lagi, tapi akhir tahun kita jaga 17,5 persen," ujar dia.