Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak stabil pada perdagangan Kamis pekan ini. Rupiah mampu bertahan karena ada sentimen positif dari dalam negeri yaitu kunjungan S&P.
Mengutip Bloomberg, Kamis (23/3/2017), rupiah dibuka di angka 13.328 per dolar AS, menguat tipis jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.329 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah diperdagangkan di kisaran 13.323 per dolar AS hingga 13.335 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah menguat 1,08 persen.
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.332 per dolar AS, menguat tipis jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.335 per dolar AS.
Baca Juga
Dolar AS memang tak banyak bergerak dalam perdagangan di Asia. Dolar AS hanya mampu menguat tipis terhadap yen Jepang pada perdagangan Kamis ini. Fokus pelaku pasar masih tertuju kepada rencana perubahan jaminan kesehatan di AS.
Sepekan ini memang dolar AS terus tertekan di Asia karena pelaku pasar ragu dengan kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh Presiden AS Donald Trump untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dalam beberapa bulan ini belum terlihat nyata dari janji-janji kampanye Trump seperti pemotongan pajak untuk pribadi maupun korporasi dan juga rencana pembangunan infrastruktur.
Selain itu, pada Kamis malam waktu setempat akan digelar pembahasan perombakan Obamacare dan juga berlanjut dengan pemungutan suara terkait RUU Kesehatan yang diajukan pemerintahan Trump,
Jika terjadi kekalahan atau penundaan pemungutan suara akan sangat berpengaruh kepada investor karena Trump akan dinilai tidak bisa menghadapi pihak legislatif. "Pemungutan suara ini akan menjadi tes bagi Trump," jelas analis Mizuho Securities, Tokyo, Jepang, Masafumi Yamamoto.
Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, sentimen dari dalam negeri cukup terjaga di level positif karena adanya kunjungan S&P ke Indonesia di tengah harapan kenaikan peringkat utang ke layak investasi.
"Sentimen positif diperkirakan masih akan meliputi rupiah," jelas dia. (Gdn/Gdn)