Sofyan Wanandi: RI Bukan Negara Curang

Defisit neraca perdagangan AS dari Indonesia hanya sekitar US$ 16 miliar.

oleh Septian Deny diperbarui 03 Apr 2017, 21:03 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2017, 21:03 WIB
Sofyan Wanandi
Sofyan Wanandi (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan mengumumkan daftar negara curang atau yang bertanggungjawab atas defisit neraca perdagangan AS. Indonesia masuk dalam daftar tersebut.

Ketua Dewan Pertimbangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan, sebenarnya kurang tepat jika Indonesia dinilai curang atau harus ikut bertanggungjawab terhadap defisit yang dialami AS. Sebab defisit neraca perdagangan AS dari Indonesia hanya sekitar US$ 16 miliar. Sangat jauh jika dibandingkan dengan China yang mencapai US$ 400 miliar.

"Sebenarnya tidak curang. Dia ingin ada balance dari trade. Dia merasa defisit dengan Indonesia US$ 16 miliar. Kita gampang sekali menyelesaikan permasalahan itu karena bedanya tidak banyak. Sama China itu kan US$ 400 miliar," ujar dia di Kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jakarta, Senin (3/4/2017).

Barang-barang yang diimpor AS dari Indonesia juga merupakan barang yang dikonsumsi di dalam negeri, bukan untuk diekspor lagi ke negara lain. Ini artinya kebutuhan akan barang-barang tersebut di AS memang ada.

"Jadi saya kira tidak apa-apa. Tidak banyak. Apa pun yang kita jual ke dia itu lebih banyak barang-barang kebutuhan AS betul. Misalnya sepatu, tektil yang besar, perikanan, kelapa sawit, kertas. Jadi saya tidak melihat itu buka prioritas terakhir," jelas dia.

Pria yang juga menjabat sebagai ‎Ketua Tim Ahli Wakil Presiden ‎berharap, adanya daftar ini tidak sampai mengganggu perdagangan Indonesia dengan AS ke depannya. Namun memang hal yang wajar jika AS ingin ada keseimbangan transaksi perdagangan dengan mitra-mitra dagangnya.

"Dia inginkan supaya bagaimana balance. Apakah kita beli banyak dari dia, atau bagaimana. Dia sebenarnya ingin kita lebih banyak beli ke dia. Misalnya pesawat dari dia, atau apalah. Tapi dia ingin balance," tandas Sofjan.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memerintahkan stafnya untuk mengumumkan negara-negara yang bertanggung jawab atas defisit perdagangan Amerika Serikat (AS) yang mencapai US$ 50 miliar. Negara-negara ini disebutnya sebagai negara yang curang terhadap perdagangan AS. 

Pejabat Tinggi AS mengatakan bahwa Donald Trump akan mengeluarkan dua perintah eksekutif untuk mencari akar masalah penyebab defisit neraca perdagangan AS.

Sekretaris Perdagangan AS Wilbur Ross mengatakan, salah satu perintah Trump berupa analisa negara per negara dan produk per produk. Hasilnya akana dilaporkan pada Trump dalam 90 hari.

Mereka akan melihat bukti kecurangan, perilaku tak pantas, kesepakatan dagang yang tidak sesuai dengan janji, kurangnya penegakan hukum, persoalan mata uang dan kendala dengan Organisasi Perdagangan Dunia. "Ini akan menjadi dasar untuk keputusan yang diambil pemerintah," ujarnya.

Perintah itu akan keluar satu pekan sebelum Trump bertemu dengan Presiden China Xi Jinping dan nampaknya akan menjadi peringatan dini atas Beijing. "Perlu disebutkan bahwa sumber defisit terbesar adalah China," kata Ross.

Selain China, ada belasan negara lain dinilai menjadi penyebab defisit neraca perdagangan AS. Negara tersebut ialah Kanada, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Irlandia, Italia, Jepang, Malaysia, Meksiko, Korea Selatan, Swiss, Taiwan, Thailand dan Vietnam. (Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya